Mohon tunggu...
Harun Imohan
Harun Imohan Mohon Tunggu... Psikolog - Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Sebagai sarjana muda, saya hanya bisa menulis untuk sementara waktu karena belum ada pekerjaan tetap.

Aku ber-Majelis maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pemuda Indonesia yang Sedang Kaget Menjalani Hidup di Korea Selatan

21 September 2017   02:16 Diperbarui: 21 September 2017   02:30 19099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Korea Selatan merupakan negara dengan tingkat etos kerja penduduk yang menempati peringkat ke 3 setelah Jepang dan gabungan negara. Semangat yang tinggi sangat dicerminkan dalam kehidupan penduduk sehari-hari. Penduduk Korea sangat disiplin, mengingat pendidikan yang diberikan oleh para orang tua sama dengan yang diterapkan di China, konsep Hardiness. Jarang sekali pemuda di Korea yang mengantongi ijazah sekolah menengah atas, minimal, mereka sudah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, strata satu.

Mokpo, merupakan salah satu kota yang disinggahi oleh seorang teman, pemuda asli Indonesia yang memberanikan diri untuk mengundi nasib di negeri ginseng itu. Pemuda asli Indonesia ini pertama kali memginjakkan kakinya di kota tersebut pada tanggal satu September 2015. Dengan pembawaan karakter dan mindset kerja yang dibuatnya sebagai modal untuk terjun ke negeri orang tersebut ternyata membuatnya kaget dan merasa sia-sia apa yang dibuatnya modal itu. Mengingat perbedaan yang sangat jauh antara pengalaman kerja di Indonesia dan di Korea.

Menurutnya, meskipun kuantitas jam yang dihabiskan dalam bekerja di Korea Selatan sama halnya dengan di Indonesia, namun, hasil yang diperoleh sangat berbeda. Kemajuan teknologi, kualitas dagang, dan bahan pangan yang sangat seksi untuk di jadikan komoditas yang memiliki daya tawar tinggi. Tak heran jika pendapatan penduduk disana bisa mencapai 30 juta rupiah per bulan. Namun, penghasilan tersebut sangat imbang jika diperhatikan proses bagaimana penduduk disana bekerja.

Sejatinya Korea Selatan sangat sepi. Menurut pemuda pribumi itu, perantau mencapai prosentase 40% di setiap daerah di Korea Selatan. Namun, berbeda dengan Indonesia, mengatur maraknya perantau pekerja asing, mereka punya undang-undang yang ketat dan pembagian posisi kerja yang membudaya. Pendudum asli lebih diberi ruang yang besar daripada perantau tanpa mengindahkan peran perantau. Juga, perantau harus rela menerima posisinya yang selalu sedia menghormati penduduk asli.

Aspek moral dan religiusitas di sana memang sangat minim dan jauh berbeda dengan di Indonesia. Seperti pelacuran dan kumpul kebo yang dihalalkan dan Judi yang dibiarkan besar karena memang pendapatan penduduk di sana mencukupi untuk melakukan hal-hal tersebut. Tidak ada kesenjangan yang diakibatkan oleh jatuhnya moral yang ada di Korea Selatan terhadap perkembangan penduduk di sana. Aspek teknologi yang kian melesat, seperti Samsung, LG dan lain sebagainya yang mampu menyaingi brand lain di pasaran. Sehingga keseimbangan dosa dan manfaat yang ada di sana sangat teratur.

Kemacetan yang ada di daerah pemuda tersebut, di Indonesia, tidak dapat diatasi karena semakin banyak harga mobil yang kian murah membuat banyak penduduk di Indonesia mampu dengan tidak keberatan untik mengoleksi mobil meskipun kondisi rumah pribadi masih berstatus ngontrak. Berbeda dengan di Korea Selatan yang pemerintahannya memfasilitasi alat transportasi dengan daerah yang ditempuh sangat lengkap dan juga kenyamanan dalam transportasi tersebut membuat penduduk malas untuk membeli ataupun mengoleksi mobil pribadi. Alhasil kemacetan mampu teratasi dengan keseriusan pemerintah dalam membangun aspek transportasi.

Jika negeri Indonesia mampu meniru, sepertinya akan lebih menarik untuk di sandarkan harapan hidup penduduk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun