Mohon tunggu...
Diwang
Diwang Mohon Tunggu... -

Diwang Tinggi

Selanjutnya

Tutup

Money

Minang Mart atau Miang Mart, Agenda Penguasaan Jaring Distribusi Barang Sumbar

29 Mei 2016   23:54 Diperbarui: 30 Mei 2016   01:14 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaku ekonomi ketiga adalah para distributor Sumatera Barat, para penghubung antara produsen dan konsumen. Broker kata orang-orang sekarang. Mereka-mereka ini yang dari pakan ka pakan membeli produk-produk pertanian dan menyalurkannya ke konsumen di daerah-daerah. Mulai dari penyalur besar, sampai tukang kampas dan atau penyalur di tingkat eceran. Apakah kita serius akan berfikir bahwa mereka-mereka ini akan diuntungkan oleh MM? Tentu saja tidak. Mereka inilah segmen pelaku ekonomi yang paling mendapatkan dampak dari adanya program ini. Karena peran yang selama ini mereka bangun akan mendapatkan tantangan baru dari pemain baru dalam mendistribusikan barang. Kekuatan modal yang dimiliki PT Grafika plus dukungan BUMD dan pemerintah, akan memangkas banyak jaringan penyalur dari produsen ke konsumen.

Lalu siapa yang diuntungkan dengan kehadiran 1000 outlet Minang Mart di Sumbar?

Akan menarik jika mengetahui berapa jumlah pedagang penyalur dari skala besar sampai pedagang eceran, dan bagaimana kehadiran distributor bermodal besar mempengaruhi dinamika distribusi barang di Sumbar, termasuk melihat seberapa besar peluang ekonomis jasa distribusi yang kemudian membuat Minang Mart memperoleh alasan ikut bersaing. Sumbar terdiri dari 628 nagari dan 260 kelurahan (total 1.014 kawasan adminsitratif) dan dihuni oleh 4.8 juta jiwa. Jika masing-masing daerah administratif ini terdapat dua buah warung/kedai saja, maka akan terdapat 2028 unit usaha penyedia bahan pokok skala eceran di seluruh sumatera barat. Jika seluruh pengecer ini mendapatkan suplay dari 500 distributor dan penyalur saja, tidakkah akan cukup kuat untuk memonopoli distribusi barang dengan menghadirkan 1000 penyalur baru dalam kendali dan menyingkirkan pemain-pemain lama? Efisiensi dengan pemotongan jalur distribusi akan membantu mengurangi cost untuk tiap produk yang di beli dari produsen, yang membuka kemungkinan harga beli ke produsen bisa dinaikkan dan harga jual ke konsumen bisa ditekan. Tapi cara ini benar-benar akan membunuh banyak distributor bermodal kecil. Di permukaan kita barangkali akan berfikir kita telah menaikkan harga beli ke petani dan menurunkan harga jual ke konsumen, tapi sebenarnya kelebihan biaya dengan pemotongan banyak rantai perdagangan ini akan lebih banyak masuk ke kantong pelaku.

Keberhasilan monopoli dan penguasaan distribusi ini juga berdiri atas asumsi semua dikerjakan dengan logika ekonomi modern serta management bisnis kapitalistik. Tanpa betul-betul memeras sejadi-jadinya jalur distribusi lama, dengan harapan bisa membagi sedikit tetesan “kedermawanan semu” pada para produsen dan konsumen, agenda dagang ini tidak akan berhasil. Satu hal yang jelas sejauh ini, 1000 Minang Mart tidak akan sejengkal pun mendekatkan masyarakat Sumbar pada kesejahteraan. (Diwang)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun