Kita di dalam negeri sering menisbikan bahwa pertikaian  berbasis agama itu tidak sesuai dengan nats kitab suci. Bantah-membantah menjadi perbincangan tentang topik ini sering diwarnai debat kusir yang tidak selesai-selesai. Ada pihak yang bersikeras bahwa keadilan ekonomi dan sosial adalah kunci dari menghindari konflik atas nama persaingan agama-agama.Â
Di tanah air sendiri, sejak era reformasi, sudah kian jelas peta menuju ke arah konflik yang bakal disebabkan oleh agama. Ide secara minimal menyusupkan kembali tujuh kalimat Piagam Jakarta ....dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya atau maksimal menerapkan syariat Islam sebagai dasar negara menggantikan Pancasila sudah menjadi dagangan laris beberapa Partai Politik baru yang tumbuh d era reformasi. Tercatat, ada PUI (Partai Umat Islam), PBB (Partai Bulan Bintang), dan PK (Partai Keadilan). Walaupun cita-cita mereka belum terwujud karena kalah suara pada pemilu 1999,2004, 2009, dan 2014, bukan berarti mereka yang berniat demikian akan menghentikan upayanya. Bila yang sudah disebutkan berjuang melalui cara-cara demokratis yang berarti menerima cara Barat dalam bernegara, ada pula kelompok yang hendak mencapai cita-cita Negara Islam namun dengan cara kekerasan. Bom malam Natal tahun 2000 yang serentak terjadi di berbagai kota di tanah air merupakan bentuk mengenyahkan kelompok lain yang minoritas. Ada lagi yang bergerak melalui bentuk Organisasi Kemasyarakatan seperti HTI dan FPI yang melulu menjual isu ini. Perjuangan mereka dengan menekan atau membuat tak nyaman  kaum minoritas yang sudah eksis. Ada pula yang berjuang lewat usaha property dengan membuat cluster-cluster pemukiman yang 100% seiman. Kemudian upaya ini berlanjut dengan menghalang-halangi adanya rumah ibadah umat lain, baik yang sudah ada maupun yang akan dibangun. Dalam kasus GKI Yasmin, alasan penolakan adalah karena nama jalannya mengambil nama tokoh Muslim sehingga haram didirikan rumah ibadah umat lain. Ada pula dengan alasan-alasan lain yang subyektif.Ini bisa menjelaskan kenapa di Jazirah dahulu ada  non Muslim di Makkah dan Madinah namun kini sudah hilang musnah. Belum lagi contoh kekaisaran Rumawi Timur yang berubah menjadi Kekaisaran Usmaniyah kini Turki yang sudah bersih dari umat non Muslim. Yang tersisa tinggal artefak sejarah bahwa disitu pernah ada non Muslim.
Akankah Indonesia mengalami nasib serupa negara-negara yang hancur lebur oleh ambisi politik dari  agama? Kita tunggu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H