Mohon tunggu...
Immortal Unbeliever
Immortal Unbeliever Mohon Tunggu... wiraswasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Headstrong, Stubborn, Greatdash, Stedfast E:riot@america.hm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

HMI VERSUS Saut, Diingatkan Malah Marah-Marah, Bukti Kurang Waras

11 Mei 2016   04:36 Diperbarui: 11 Mei 2016   04:37 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saut Situmorang(cnnindonesia,com)

Anggota HMI ternyata sekumpulan mahasiswa emosional. Sama sekali tak rasional.Marah-marah karena diingatkan oleh Saut Sitomorang Wakil Ketua KPK bahwa HMI menghasilkan alumni koruptor. Dengan menyodorkan bukti nama-nama koruptor beken seperti Anas, Andi, dan Akil itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan kebenaran kesimpulan yang disampaikan oleh Saut Situmorang.

Reaksi saat demonstrasi oleh anggota HMI di gedung KPK Senin tanggal 9 Mei 2016 membuktikan bahwa jika sekumpulan insan akademis namun tak rasional berkumpul maka anarkilah yang terjadi. Boleh saja menyampaikan unjuk rasa menolak kebenaran ucapan Saut, akan tetapi sebagai anggota organisasi mahasiswa yang berbasis agama apakah tidak bisa menunjukkan spirit agama dalam menyampaikan hal itu secara baik-baik?. Tambah prihatin saja melihat bila yang 'makan bangku kuliah' memperlihatkan otot bukan otak belum lagi bicara sisi akhlak.

Tidak ada yang salah dengan ucapan Saut Situmorang. Memang benar HMI telah memproduksi koruptor. Karena ruang lingkup kerja Saut Situmorang untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi maka wajar ia mengingatkan sebagai introspeksi agar di masa depan adik-adik anggota HMI janganlah mengikuti jejak kakak-kakaknya yang menjadi terpidana korupsi.

Sebagai insan beragama, mustinya senang diingatkan agar tidak terjerumus dosa. Namun apa boleh buat, di saat agama cuma sebagai kedok dan topeng semata, maka reaksi amarah yang dikedepankan.

Contoh yang disampaikan oleh Saut Situmorang sangat tepat. Jangan saat aktif di HMI terlihat sebagai insan baik namun saat sudah bermasyarakat dan bernegara menjadi koruptor. Janganlah di saat aktif di HMI berwujud malaikat namun saat sudah menjadi alumni lantas bermetamorfosis menjadi sekualitas dengan setan.

Yang lebih memprihatinkan itu adalah, alumni HMI yang menjadi terpidana korupsi seperti Anas Urbaningrum, di usia yang masih belia di pentas politik sudah berpredikat koruptor. Seolah bekal moral selama aktif di HMI luntur seketika. Yang lebih menyesakkan dada adalah ia tidak pernah menunjukkan penyesalan telah melakukan tindakan hina itu.  

Anggota HMI yang masih aktif boleh saja merasa keberatan dengan kesimpulan Saut Situmorang, tapi akan kontra produktif dengan upaya pemberantasan korupsi bila menyerang Saut Situmorang yang telah berbaik hati mengingatkan agar kejadian serupa tidak terulang.

JIka anggota HMI 'hobby'nya marah-marah tidak karuan, dengan menuding Saut Situmorang mencemarkan 'nama baik HMI' maka patut dipertanyakan kewarasan mereka. Mana yang mencemarkan 'nama baik HMI'? apakah perbuatan yang dilakukan Anas dkk ataukah peringatan yang disampaikan oleh Saut Situmorang?

Mudah menjawabnya. Saat tiada anggota HMI yang pernah merasa marah atas tindakan Anas dkk, tiada yang pernah menuntut Anas dkk yang telah mencemarkan secara langsung nama baik HMI, dan tiada yang pernah melaporkan perbuatan korupsi Anas dkk ke Mabes POLRI sebagai pencemaran 'nama baik HMI' maka pantas diduga rasa segan solidaritas korps telah membutakan. Mungkin pula pundi-pundi korupsi Anas dkk terciprat ke anggota HMI sehingga menimbulkan rasa sungkan untuk marah atas tindakan korupsi Anas dkk. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun