kukira kau adalah potongan puzzle yang memiliki kecocokan denganku
yang apabila disatukan, kita akan menghasilkan gambar yang indah
kukira kau adalah cerminan dari hidupku
yang apabila kuangkat tangan kanan, kau akan mengangkat tangan kiri
yang apabila aku tersenyum, kau ikut bahagia
yang apabila aku menangis, kau ikut sakit
yang apabila cermin itu kotor, maka akan nampak bayangan yang juga kotor
yang apabila cermin itu jatuh,Â
maka kualitaslah yang menentukan apakah ia akan pecah atau bertahan
yang apabila cermin itu menjadi potongan puzzle yang disatukan,
maka kualitaslah yang akan menentukan apakah pantulan cahayanya akan menyatu atau berganda
sepi, sendiri, aku pengap
ibarat sel darah merah, aku bodoh
aku menganggapmu oksigen
padahal kau adalah karbon monoksida
ibarat sel darah putih, aku berkudeta
aku tak kuasa lagi untuk menahan kecewa
pupus sudah usahamu untuk menipuku lagi
kau bertanya, 'bagaimana dengan semua kenangan kita?'
'kenangan itu sudah kau kremasi' jawabku
kita membangun kenangan itu bersama
menjadikan hubungan sebagai tempat untuk rehat
namun sikapmu telah membakarnya,
aku berupaya untuk memadamkan dan memperbaikinya
lalu kau bakar lagi
dan seterusnya
kini aku lelah,
biarlah tempat itu menjadi puing kenanganÂ
yang semoga saja tidak mengganggu jalan hidup kita masing-masing
selamat tinggal kenangan,