Mendengar dengan seksama tentang keinginan anak
Mendengarkan apa yang diinginkan anak, akan membuat anak merasa dihargai kehidupannya. Sehingga memungkinkan hati anak tidak kosong dan tidak mencari cari tempat untuk menuangkan isi hatinya pada orang yang tidak tepat. Hal ini sangat meminimalisir pergaulan yang salah dan menghindari anak dari orang yang bermaksud jahat.
Menceritakan pengalaman hidup kepada anak
Quality time dengan anak salah satunya yakni dengan menceritakan pengalaman kepada anak. Dengan menceritakan pengalaman kepada anak, anak akan merasa bahwa orang tuanya terbuka kepadanya, dan juga hal tersebut berarti memperbanyak interaksi antara anak dan orang tua sehingga gap antara keduanya akan semakin hilang.
Menunjukkan kasih sayang yang tepat kepada anak
Menunjukkan kasih sayang kepada anak diantaranya bisa dilakukan dengan sering memeluk dan mencium anak, memuji dan memberikan nasehat dengan bahasa yang baik kepada anak agar anak tidak merasa direndahkan, dan tidak sungkan untuk melarang dan memberi hukuman yang tepat kepada anak, agar anak juga tahu 'batas' antara hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan olehnya saat berinteraksi dengan orang lain.
Selain orang tua, anak juga memiliki tangungjawab untuk melindungi dirinya sendiri dari kekerasan, karena kenyataannya orang tua dan keluarga tidak bisa selamanya berada disisi anak untuk melindungi anak. Dilansir dari www.perlindungananak.org terdapat sosialisasi dari UNICEF agar orang tua bisa melakukan pembiasaan pada anak untuk:
- Menekankan pada anak untuk tidak berinteraksi dengan orang asing  jika sedang sendirian ditempat sepi maupun ramai
- Membiasakan anak untuk berpamitan pada orang tua atau anggota keluarga yang lain jika ingin pergi kemanapun dan dengan siapapun
- Tidak memperbolehkan anak untuk mengizinkan siapapun untuk melihat /menyentuh tubuh anak. Termasuk orangtua yang sesama jenis, mereka harus izin kepada anak terlebih dahulu jika ingin melihat/menyentuh tubuh anak jika terdapat luka.
- Membiasakan anak untuk berani mengatakan tidak untuk hal yang tidak diinginkannya
- Membiasakan anak untuk berani melapor pada orangtua atau anggota keluarga jika ada orang lain yang berani menyentuh tubuh pribadinya
- Membiasakan anak untuk berteriak atau kabur jika merasa terancam
Kekerasan pada anak bisa terjadi dimanapun dan kapanpun, tidak memandang bahwa tempat tersebut ramai atau tidak, tempat ibadah ataupun menuntut ilmu. Salah satu penyebab anak menjadi korban kekerasan adalah karena minimnya interaksi antara orang tua dan anak.Â
Kekerasan pada anak merupakan pelanggaran hak asasi manusia, yang tidak dapat dibenarkan baik dalam pespektif hukum HAM dan hukum agama. Disamping itu, orang tua harus meningkatkan awareness dalam mendidik dan melindungi anak, serta memenuhi hak-hak anak.Â
Orang tua merupakan madrasah pertama dalam kehidupan anak. Maka dari itu, segala perbuatan orang tua sangatlah bisa mempengaruhi kehidupan anak. Â Meningkatkan interaksi antara anak dan orang tua sekaligus memperkecil gap diantara keduanya bertujuan agar anak mengetahui batasan-batasan dan akibat-akibat dari perilaku tertentu serta memininalisir tindak kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H