Mohon tunggu...
Mega Widyastuti
Mega Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Mahasiswi jurusan Psikologi dan Sastra Hobi membaca dan menulis Genre favorit self improvement dan psikologi Penikmat kata Instagram @immegaw

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alasan Wanita Dewasa Banyak yang Jomblo

31 Desember 2022   17:57 Diperbarui: 31 Desember 2022   18:13 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena mertua jaman sekarang banyak yang menuntut menantunya untuk memiliki wajah bak bidadari surga, akhlak bak Fatimah Azzahra, sejumlah harta bak Siti Khadijah, dan memiliki sikap bak Siti Aisyah.

Tetapi sang mertua tidak berkaca pada dirinya sendiri dan seolah buta pada spek anaknya sendiri.

Lingkungan hidup masyarakat kita sangat kental dengan tradisi wanita harus menikah diusia 20-30 tahun. Lebih dari itu maka akan dilabel sebagai perawan tua, gak laku, belagu, dan label label lain yang tidak menyenangkan.

Kita dihadapkan dengan banyak kenyataan dari penyintas rumah tangga yang hancur karena tuntutan dari sang mertua atau pihak lain yang masih saudara yang biasanya berasal dari keluarga pria. Budaya patriarti yang sangat kental membuat orang tua sang pria memanjakan anaknya, memberikan segala yang terbaik untuk hidupnya, sehingga saat anaknya tumbuh menjadi seorang pria perkasa, sang ibu menuntut timbal baik atas kebaikannya.

Ketidaksadaran akan peran orang tua itulah yang akhirnya membuat pasangan dari anaknya mendapatkan tuntutan. Padahal, memberikan makan, membiayai pendidikan, membantu pertumbuhan dan perkembangan anak adalah kewajibannya terhadap anak.

Orang tualah yang memilih untuk menghidupinya, membesarkan, dan membiarkannya tumbuh menjadi dewasa. Lantas mengapa setelah sang anak dewasa, ia tidak diperkenankan untuk memilih jalan hidupnya dan menjadikan kalimat 'anak durhaka' sebagai senjata mental bagi sang anak.

Tulisan ini bukan anjuran untuk 'melawan' orang tua. 

Justru orang tua harus disayang, dicukupi kebutuhannya fisiologisnya, dan diberikan perhatian secukupnya.

Hanya saja, meminta balasan dari sang anak atas jasa pengasuhannya, menurut saya itu hal yang kurang tepat. Karena jika orang tua sudah mengasuh dengan baik, memberi pendidikan yang baik, makanan yang baik, lingkungan yang baik, dan senantiasa mendoakan yang terbaik juga. 

Maka secara tidak sadar rasa berterima kasih atas kehiidupan sang anak kepada orang tua sudah tertanam dalam alam bawah sadarnya. Sehingga orang tua tidak perlu mengemis kepada anak apalagi sampai menuntut pasangan anak sehingga menyebabkan badai dirumah tangganya.

Semoga yang membaca tulisan ini, yang merasa orang tuanya banyak menuntut bisa diberikan kelapangan hati dalam menjalani hidup, dan bisa menjadi pemutus rantai mindset seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun