Mohon tunggu...
Mega Widyastuti
Mega Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Mahasiswi jurusan Psikologi dan Sastra Hobi membaca dan menulis Genre favorit self improvement dan psikologi Penikmat kata Instagram @immegaw

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelaku Pelecehan Seksual sekaligus Korban Persekusi di Kampus G

15 Desember 2022   07:19 Diperbarui: 15 Desember 2022   07:29 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika highlight persekusi lebih benderang daripada kasus pelecehan seksual.

Ketika pelecehan seksual dianggap sebagai hal sepele bahkan bercandaan.

Ketika pelaku menjelma menjadi korban dan menuntut keadilan.

Ketika maaf dianggap sebagai penyelesai masalah.

Belum lama ini viral terkait kasus persekusi yang dilakukan sejumlah mahasiswa kampus G kepada 2 orang pelaku pelecehan seksual dikampus yang sama. (instagram: @anakgundardotco). 

Dalam video dan foto yang beredar, terlihat korban persekusi/pelaku pelecehan seksual diikat disebuah pohon, ditelanjangi, sampai dicekoki minuman yang diduga merupakan air seni.

.

1. Saya tidak merasa tindakan persekusi terhadap pelaku itu salah

Meskipun orang-orang mengasihani pelaku pelecehan seksual tersebut dengan mengatakan bahwa tindakan persekusi yang dilakukan terhadapnya bukan tindakan "manusiawi". Lantas apakah tindakan pelecehan seksual yang dilakukan olehnya adalah tindakan yang "manusiawi"?

Heeyyy, siapa yang tidak manusiawi? Dia melakukan kejahatan secara sadar. KEJAHATAN DENGAN MOTIF BERCANDAAN SEKALIPUN TETAPLAH KEJAHATAN. Pelaku adalah seorang mahasiswa. MAHASISWA. Saya tekankan sekali lagi. Mahasiswa adalah manusia logis dan intelektual. Mirisnya lagi, PELECEHAN SEKSUAL yang dilakukan oleh pelaku, TIDAK HANYA SATU KALI. Apakah tindakan pelaku bisa dianggap sebagai hal yang manusiawi?

Dalam Islam sekalipun, hukuman terhadap orang jahat harus dilakukan dimuka umum agar menjadi pelajaran.

Tidakkah tindakan ini akan menjadi pelajaran bagi pelaku lain? 

Tidakkah tindakan ini akan menjadi momok menakutkan bagi calon pelaku?

Tidakkah tindakan ini akan menjadi bahan untuk memikirkan ulang tindakan-tindakan pelecehan seksual apalagi dilingkungan kampus?

2. Tindakan persekusi ini fair

Trauma psikologis yang dialami korban pelecehan seksual selamanya tidak akan hilang meskipun pelaku telah meminta maaf ataupun pelaku telah mendapatkan ganjaran yang setimpal. Nah, dengan persekusi ini, pelaku akan mendapatkan perasaan yang sama yakni 'trauma psikologis' perasaan trauma ini juga akan membekas dalam benak pelaku lain yang tindakannya belum ketahuan atau pada calon pelaku sehingga mereka akan berpikir ulang sebelum melakukan tindakan tak senonoh yang akan dilakukannya.

3. Kenapa harus dikampus?

Kita hidup diera digital, dimana ada banyak aplikasi kencan, sewa pacar, dan semacamnya. Menyewa PSK bisa dengan mudah dilakukan cukup dengan datang ketempat PSK, bayar, lakukan, selesai.

Kenapa harus dikampus? 

Kenapa harus dengan mahasiswa?

Hal ini tentu saja jadi mencoreng nama baik mahasiswa yang didefinisikan sebagai makhluk intelektual. Makhluk intelektual adalah makhluk yang mampu berpikir secara logis, berpikir sebelum bertindak, mampu mengontrol nafsunya, dsb.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun