Generasi Millenials dan Z adalah agent of change. Karena kebanyakan individu dari generasi tersebut adalah saksi sekaligus pelaku peralihan zaman di Indonesia. Mulai dari politik (reformasi), teknologi dan komunikasi (handphone, internet), sampai transportasi (maraknya pengguna kendaraan bermotor). Peralihan tersebut merubah dan mengupgrade banyak sistem kehidupan sampai ke ranah pola asuh orang tua.
Orang tua dari Generasi Millenials dan Z adalah mereka yang berasal dari generasi sebelumnya. Yang mana pada era perkembangan masa anak anak gen Y dan Z adalah orang tua yang melekat dengan label kolot dan masih sarat dengan ilmu ilmu non empirik tanpa pembuktian.Â
Saat gen Y dan Z kecil, informasi masih sulit diakses, sosialisasi masih apa adanya, minim pencitraan, dan masih manut pada orang tua. Oleh karena itu, pola asuh otoriter dan kolot khas gen X dan Baby Boomer sangat efektif dilakukan pada anak-anak.
Seiring perkembangan zaman, Generasi Millenials berganti peran dari semula anak-anak menjadi orang tua. Maka lahirlah Generasi Z akhir dan Alpha, yang mana pada generasi baru ini zaman telah berubah.Â
Pemilu sudah rutin dilakukan setiap 5 tahun, penggunaan handphone dan internet, dan pemanfaatan kendaraan bermotor untuk mobilitas adalah kebutuhan.Â
Informasi sudah mudah diakses pada era masa kecil Generasi baru ini, mereka sudah terbiasa dengan kemudahan. Disinilah akhirnya terjadi ketimpangan perbedaan mental antara Generasi Alpha dengan orangtuanya.
Pola asuh lah yang berperan besar dalam ketimpangan tersebut.Â
Dahulu, perilaku abuse sebagai punishment atau hukuman adalah tindakan yang sangat efektif untuk membuat anak-anak jera dan takut akan pelanggaran.Â
Namun sekarang, perilaku abuse dalam pola asuh justru membekas menjadi trauma bagi anak-anak dimasa dewasa kelak. Tindakan abuse tidak lagi efektif dilakukan karena sudah banyak ditinggalkan.Â
Kebanyakan orang tua dari generasi millenials tidak ingin anaknya merasakan apa yang pernah dirasakannya dahulu (lebih berwelas asih pada anaknya). Perbedaan inilah yang akhirnya menimbulkan ketimpangan.Â
Ketika orang tua dari generasi millenials ada yang melakukan tindakan abuse pada anaknya, maka anaknya akan membandingkan perilaku orangtuanya dengan orang tua temannya, akhirnya dia merasa berbeda dan tidak dicintai. Begitupun dengan pola ajar guru dikelas, saat ada guru yang memberi punishment berupa tindakan abuse, maka orang tua akan marah.