Mohon tunggu...
Mega Widyastuti
Mega Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Mahasiswi jurusan Psikologi dan Sastra Hobi membaca dan menulis Genre favorit self improvement dan psikologi Penikmat kata Instagram @immegaw

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Bencana Ketakutan Part2 -Resesi 2023

12 November 2022   13:56 Diperbarui: 16 November 2022   20:24 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Akhir-akhir ini sedang ramai diperbincangkan berita terkait resesi 2023. Menarik benang merah dari kejadian resesi yang melanda sebagian besar negara di Eropa, krisis ekonomi, kebangkrutan Srilanka, naiknya harga pertalite, sampai penjualan saham bos BCA senilai 4,36 milyard untuk renovasi rumah. Semuanya dikaitkan dengan bayang bayang resesi yang akan menghampiri Indonesia tahun 2023 mendatang.

Sebelum beropini ada baiknya kita pahami dulu apa itu resesi

Resesi menurut KBBI adalah kelesuhan dalam kegiatan dagang, industri, serta menurunnya kegiatan dagang dan industri. Resesi adalah penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar diseluruh ekonomi, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam produk domestik bruto (PDB) riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.

Penyebab resesi karena lonjakan inflasi, dalam hal ini lonjakan inflasi diperkirakan merupakan dampak dari konflik Rusia-Ukraina.

Dampak dari resesi (dilansir dari Tirto.id), yaitu : 

  • Perlambatan pertumbuhan ekonomi, hal ini akan menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK)
  • Kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan
  • Pelemahan daya beli masyarakat yang akan berdampak besar pada sektor UMKM

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup resilience karena konsumsi (daya beli) masih baik, ekspor masih kuat, dan investasi mulai pulih.

Saya pribadi, sebagai salah satu pelaku UMKM merasa bahwa media tidak perlu terlalu melebih-lebihkan berita terkait resesi 2023, karena dengan naiknya berita terkait resesi, Masyakarat jadi enggan untuk berbelanja dan hal tersebut berefek sangat fatal pada sektor UMKM. Edukasi terkait resesi boleh saja dilakukan, asal jangan mengarah pada ajakan untuk menyimpan uang secara berlebihan. 

Sektor ekonomi, terutama UMKM di Indonesia baru saja pulih dan mulai bangkit kembali setelah pandemi Covid-19. Jangan sampai bencana resesi semu (karena belum terjadi) menghampiri Indonesia sebelum sektor ekonomi benar-benar pulih. Saya tinggal di Bekasi, beberapa bulan lalu saya mulai melihat banyak masyarakat yang mulai melek dengan keuangannya, alhasil banyak dari mereka yang mulai terjun kedunia UMKM demi memutar keuangan yang dimiliki. Namun, dengan adanya bencana ketakutan akan resesi ini, saya pribadi merasakan dampak dari penurunan penjualan yang sangat drastis.

Saya pikir, penurunan penjualan drastis yang saya rasakan adalah siklus normal dalam penjualan. Ternyata setelah saya usut, hal ini bersumber dari maraknya berita tentang resesi 2023. Setelah itu saya mengunjungi Marakash yang merupakan pusat berbelanja di Bekasi. Saya merasa sangat syok melihat banyak toko dan ruko bertuliskan 'Dikontrakkan'. Tidak hanya di Marakash, hal tersebut terjadi juga diberbagai pusat belanja lainnya di Bekasi.

Menteri keuangan Indonesia, Ibu Sri Mulyani mengatakan "jika dilihat environment-nya maka akan menjadi lebih melemah. Sebab itu, pemerintah tetap menjaga resiliensi sebagai shock absorber dan domestic demand harus tetap terjaga. Oleh karena itu, daya beli harus dijaga secara sangat hati-hati, makanya tadi yang disampaikan dari dunia usaha pertumbuhan kredit sudah meningkat itu semuanya bisa menciptakan pekerjaan, income, dan daya beli," jelasnya "Ini semuanya adalah cara kita, dan kita menggunakan tools APBN dan bekerja sama dengan BI untuk terus menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dan mendorong pemulihannya,"

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun