Sudah 4 tahun sejak diriku lulus Sekolah Menengah Kejuruan.
Sore ini, setelah pulang bekerja seperti biasa aku membuka sosial media instagram dan yahhh, temanku memposting foto wisuda S-1nya. Aku mengamati wajahnya, ekspresinya, dan membayangkan suasana yang ada dari foto tersebut. Dan, krekk hatiku serasa hancur. Bayang-bayang prestasi yang pernah diraih semasa sekolah tiba-tiba menyerang hatiku, merusak, dan melubanginya. Seolah menuntut diriku yang saat ini untuk bertanggungjawab akan mimpi yang pernah diperjuangkan oleh masa laluku.
Aku lahir dari keluarga dengan perekonomian menengah kebawah.
Aku adalah anak tengah
Aku memiliki 2 adik dengan rentang usia yang cukup dekat yaitu 1 tahun 7 bulan dan 5 tahun.
Nasibku sama seperti anak yang lain, hidup dilingkungan yang mayoritas masyarakatnya tidak berani bermimpi, tidak memiliki keinginan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, dan cenderung mengintimidasi orang yang berupaya untuk merubah nasib.
Suara gaduh, teriakan, dan ocehan tak beradap adalah hal yang biasa.
Aku sangat bersyukur karena Mamaku adalah orang dengan pikiran yang berbeda dari yang lainnya.
Mamaku tidak mengenyam pendidikan formal, beliau berasal dari Jawa Tengah, dan putus sekolah karena menyerah dengan ketidakberdayaannya dan memutuskan untuk merantau demi mengubah nasib.
Mimpinya yang besar dan kegigihan untuk meraih mimpi membuat Mama mendidik anak-anaknya dengan keras.
Demi kebaikan,