Imma Soekoto
Bendera Merah-Putih, bendera tanah airku. Gagah dan jernih tampak warnamu berkibarlah di langit yang biru. Bendera Merah-Putih, bendera bangsaku. (karya Ibu Sud)
Pada perayaan hari Kemerdekaan Indonesia Davin dan teman-temannya menyanyikan lagu nasional itu sambil melambai-lambaikan bendera Merah-Putih dari kertas dalam berbagai ukuran dengan bersemangat. Begitu selesai menyanyikan lagu itu mereka menghambur mengambil sepeda-sepeda yang sudah mereka hiasi dengan berbagai tema. Mereka mengayuh sepeda-sepeda berhias itu mengelilingi kompleks perumahan kami yang cukup luas.
Di belakang konvoy sepeda yang riuh itu, berjalan barisan remaja mengenakan berbagai pakaian daerah dari seluruh penjuru negeri. Penonton yang berdiri di tepi jalan bertepuk tangan gembira dan bangga.
Setelah menyelesaikan parade sepeda Merah-Putih itu Davin dan teman-temannya menikmati es lilin Merah-Putih di halaman berumput depan rumahku. Es lilin itu terbuat dari susu putih pada bagian bawahnya dan jus strawberi pada bagian atasnya.
“Monako!” seru Reyhan sambil mengangkat es lilinnya.
“Indonesia!” sergah Joy sambil tertawa memaklumi seruan Reyhan yang masih kelas 1 SD.
“Iya, warna bendera Monako juga merah dan putih,” kata Davin sambil menjilati es lilinnya dengan nikmat. “Kalau begini, jadi bendera Polandia!” serunya sambil menjungkir balikkan es lilinnya menjadi putih-merah.
Aku tersenyum bangga mendengar percakapan anak-anak SD yang cerdas itu.
“Nimma, emangnya boleh ya dua negara punya bendera yang sama warnanya?” tanya Davin.