Arsitektur menduduki peringkat satu dalam program studi tersulit menurut Harvard University. Bagaimana tidak, dalam mendesain bangunan seorang arsitek harus memperhatikan banyak sekali aspek di luar bentuk dan estetika bangunan itu sendiri. Terdapat berbagai hal yang mempengaruhi kenyamanan suatu bangunan, salah satunya adalah panas yang berkaitan erat dengan fisika. Artikel yang dibuat untuk memenuhi tugas Fisika Bangunan ini akan membahas mengenai kenyamanan suatu bangunan, khususnya yang berkaitan dengan energi.
Norbert M. Lechner merupakan seorang professor dari Sekolah Arsitektur, Desain, dan Konstruksi Universitas Auburn. Ia menerbitkan sebuah buku yang berfokus pada Sustainable Architecture. Lantas, apakah yang dimaksud dengan Sustainable Architecture atau Arsitektur Berkelanjutan? Dilansir dari Wikipedia, Sustainable Architecture adalah desain arsitektur yang memiliki tujuan meminimalisir dampak negatif ke lingkungan yang dapat diraih dengan memanfaatkan energi dan material alami seefisien mungkin.
Dalam buku Heating, Cooling, and Lighting, Lechner membahas banyak sekali prinsip Sustainable Architecture serta contoh-contoh aplikasinya. Ia menjelaskan bahwa kenyamanan ini dapat diselesaikan dengan desain yang mengacu pada The Three Tier Design Approach. Basic Building Design adalah penyelesaian yang memanfaatkan energi alami dengan basic design seperti penggunaan jendela, shading, atau bermain dengan bantuk. Sama halnya dengan Basic Building Design,Â
Passive System juga memanfaatkan energi natural namun dengan alat-alat yang dimodifikasi. Contoh aplikasi Passive System ini adalah penambahan skylight, sunspace, hingga alat seperti Comfort Ventilation dan Cool Towers. Pada tingkatan paling atas terdapat Mechanical and Electrical Equipment yang penyelesaiannya menggunakan alat-alat modern.Â
Sederhananya tingkatan ini kurang memanfaatkan energi alami, tetapi bergantung pada alat buatan manusia. Contoh aplikasi Mechanical and Electrical Equipment adalah penggunaan AC, Lampu, Heater, dan lain-lain.
Namun kembali lagi ke dasar dari Arsitektur itu sendiri bahwa sebuah desain Arsitektur yang baik tetap harus memperhatikan Venustas atau keindahan sebagai salah satu aspek utamanya. Bagaimanapun juga impresi pertama manusia lebih dipengaruhi oleh estetika desain ketimbang kenyamanan atau pengalaman ruangnya.Â
Cara paling mudah untuk membangun kesan pertama dari sebuah desain arsitektur adalah melalui fasad atau muka bangunan. Lalu, apakah mungkin ada fasad yang terlihat sangat baik dari segi estetika dan tetap memberi kenyamanan bagi penghuninya? Jawabannya jelas ada.
Sebelum masuk ke desain, kita perlu tahu hal-hal apa yang mempengaruhi kenyamanan, khususnya kenyamanan termal. Aspek yang paling umum adalah orientasi terhadap matahari.Â
Bila pembaca memiliki ruangan dengan jendela yang menghadap ke Barat, pasti terasa sangat panas bukan? Sesederhana itu pengaruh orientasi terhadap kenyamanan. Sebaiknya sebuah desain memasang bukaan kaca di arah Utara atau Selatan bangunan untuk meminimalisir panas yang terik untuk masuk.
Aspek yang tak kalah penting adalah pemilihan warna dan material. Hal sekecil warna sangat besar pengaruhnya terhadap kenyamanan termal. Tembok berwarna putih hanya menyerap sedikit sekali panas matahari, berbeda dengan tembok berwarna hitam yang bersifat menyerap panas. Lalu dikemanakan panas itu? Panas ini akan dipancarkan kembali saat tembok tidak lagi menerima energi (panas) yaitu pada malam hari. Karena itulah ruangan dengan tembok berwarna hitam biasanya panas. Material lain seperti logam dan kaca juga dapat menjadi alternatif bahan finishing eksterior, namun performanya dalam menolak panas masih kalah dengan tembok putih.