Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Jabatan-jabatan politik di negara ini akan diisi oleh mereka yang dinilai pantas menduduki jabatan tersebut. Mereka juga harus mampu mengemban tugas serta tanggung jawab yang akan diberikan. Di tahun 2019 nanti, Pemilu akan dilaksanakan pada bulan April, tepatnya pada hari Rabu, 17 April 2019.
Seluruh rakyat Indonesia akan secara serentak menentukan pemegang nasib bangsa Indonesia. Sebelum menentukan pilihan, rakyat harus tahu latar belakang dari masing-masing kandidat. Jika dinilai dapat mengemban tugas dengan baik, mereka tak akan ragu memberi kepercayaan pada mereka. Kandidat dengan jumlah suara terbanyak akan memenangkan pemilu dan menjadi pemegang jabatan selanjutnya.
Namun kegiatan pemilu tidak berjalan semulus rencana. Berkaca dari pemilu tahun-tahun sebelumnya, ada saja halangan ataupun hal-hal yang dapat mengganggu pemilihan umum. Misalnya saja adalah tindakan kecurangan dalam memasukkan jumlah suara, kampanye hitam, dan yang masih sering ditemukan adalah Golongan Putih (Golput).
Berawal dari gerakan protes para mahasiswa dan pemuda terhadap pelaksanaan Pemilu 1971, Golput masih saja banyak ditemui pada pelaksanaan pemilu dari tahun ke tahun. Istilah Golongan Putih muncul karena Imam Waluyo, sang pencetus istilah, menganjurkan pemilih untuk mencoblos di bagian putih di luar gambar parpol pada surat suara. Dengan begitu, mereka tidak memilih kandidat manapun.
Pada pemilu presiden tahun 2009 lalu, tercatat bahwa 28,3 persen dari partisipan pemilu tidak menggunakan hak suara mereka. Dengan kata lain, mereka melakukan aksi golput. Lima tahun kemudian, pada pilpres 2014 terdapat lebih dari 30 persen partisipan pemilu yang tidak menggunakan suaranya, di mana angka ini juga merupakan titik tertinggi.
Tindakan Golput ini dinilai sebagai aksi yang buruk. Rakyat Indonesia diberikan kesempatan untuk menggunakan hak mereka menyumbang suara bagi calon pemegang jabatan politik. Dengan adanya Golput, mereka dinilai membuang kesempatan mereka dan tidak menghormati hak mereka sendiri. Namun bagaimana bila Golput ini adalah karena suatu tujuan.
Golput dapat ditujukan sebagai sebuah aksi protes terhadap pemerintah, ataupun ungkapan rasa tidak puas terhadap calon pemegang jabatan. Rakyat menilai bahwa dari semua kandidat, tidak ada satu pun yang dapat meyakinkan sampai merebut hati rakyat. Mereka tidak menemukan para kandidat mampu dan pantas untuk menduduki jabatan, entah karena latar belakang, visi dan misi yang kurang jelas, ataupun alasan pendukung lainnya. Ketimbang membuang sia-sia hak pilih ke tangan yang salah, lebih baik jika mereka memilih untuk tidak memilih sama sekali.
Contoh yang paling sederhana dapat ditemukan di sekolah. Dalam sebuah Sekolah Menengah Atas, tengah diadakan pemilihan umum untuk jabatan ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).Â
Katakanlah terdapat tiga orang kandidat ketua OSIS yang diunggulkan. Para siswa di sekolah tersebut tentu tahu karakter dan kepribadian dari masing-masing kandidat. Jika mereka memang menemukan para kandidat tidak pantas memegang jabatan tinggi tersebut, mereka memilih untuk tidak memilih.
Dengan adanya mereka yang tidak menggunakan hak suara, pemerintah dapat mengerti mengenai keadaan politik negara, berkaitan dengan para pemilih dan yang dipilih. Rakyat menginginkan seorang pemimpin yang berwibawa, yang pas di hati mereka. Namun bagaimana jika memang tidak ada yang dirasa pantas?
Maka dari pembahasan ini, saya dapat menarik kesimpulan bahwa Golput tidak selalu bertujuan buruk. Jika memang tidak ada kandidat pemimpin yang dirasa cocok, maka lebih baik untuk tidak memilih sama sekali karena jika sampai salah pilih, akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi baik bagi kita para pemilih bahkan bagi negara yang kita cintai ini.
Sekian artikel yang saya tulis. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan baik dalam penggunaan kata maupun pembahasan saya. Para pembaca dapat mendukung dengan memberikan komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H