Pasukan penjaga tubuh telah berhasil melumpuhkan musuh antigen. Tetapi, tubuh kita masih memiliki satu pasukan yang belum dikeluarkan, yaitu eosinofil. Eosinofil memiliki fungsi fagositosis lemah. Alasan sel darah putih jenis ini tidak keluar di awal adalah karena ia terlalu lemah untuk melawan antigen. Lantas, apa peranannya terhadap sistem pertahanan tubuh? Peran yang sering dianggap sepele namun sebenarnya sangat penting diemban eosinofil. Pasukan ini memiliki tugas membersihkan medan perang, dengan cara memakan sisa-sisa perang. Dengan kemampuan fagositnya, eosinofil dapat dengan mudah menelan bangkai-bangkai warisan perang seperti leukosit yang gagal mempertahankan tubuh ataupun antigen itu sendiri. Dengan begitu, perang untuk mempertahankan tubuh dari penyerang sudah dapat dituntaskan. Sel darah putih telah berhasil mempertahankan tubuh kita melalui peperangan yang sangat intensif.
Namun, kita mengenal adanya antigen yang kuat dan lemah. Tidak semua jenis antigen diperlakukan dengan cara yang sama. Misalnya kita melakukan kegiatan olah raga bola basket. Saat ingin mencuri bola dari lawan, tanpa sengaja kita jatuh. Kecelakaan tersebut meninggalkan sebuah luka di bagian kaki. Untungnya, luka tersebut sangat kecil, merupakan luka goresan. Apakah langkah-langkah pertahanan tubuh oleh leukosit yang rumit tadi akan dilakukan hanya demi mengatasi luka goresan kecil? Tentu tidak. Bahkan Neutrofil saja akan dapat menangkis antigen yang disebabkan oleh luka goresan tersebut. Hal ini tentu akan menghemat kinerja sistem pertahanan tubuh. Tidak perlu susah payah mengeluarkan senjata andalan untuk melawan musuh yang mudah, benar bukan?
Selain itu, ada juga kasus dimana antigen itu adalah bakteri. Neutrofil saja tidak akan cukup untuk menelan bakteri patogen. Maka dari itu, diperlukan senjata yang lebih ampuh untuk memusnahkan bakteri, yaitu monosit. Bila neutrofil saja gagal dalam fagosit bakteri, maka monosit yang memiliki fungsi sama dengan neutrofil akan maju dan akan berhasil memusnahkan bakteri.
Namun, beda cerita bila antigen tersebut adalah patogen penyebab sakit. Bukan neutrofil lagi yang akan berada di barisan paling depan dalam mempertahankan tubuh kita, melainkan Basofil. Pasti timbul pertanyaan di antara para pembaca, mengapa basofil dikeluarkan pertama? Kita tahu bahwa basofil merupakan sel yang mengandung histamin, yang berperan dalam pelebaran pembuluh darah, dan juga heparin, yang berfungsi mencegah terjadinya penggumpalan darah. Dengan melebarnya pembuluh darah, maka sel-sel darah putih akan semakin lancar keluar pembuluh darah menuju bagian tubuh yang ditinggali oleh antigen. Agar tidak terjadi penggumpalan darah akibat derasnya arus sel darah putih, heparin dibutuhkan dalam hal ini.
Limfosit sendiri dikenal sebagai sel darah putih yang memiliki kemampuan yang unggul dibandingkan sel-sel darah putih yang lain. Limfosit akan aktif dalam mempertahankan tubuh kita dari antigen ketika antigen tersebut adalah antigen kelas tinggi, contohnya adalah virus. Virus memerlukan penanganan khusus dalam proses pemusnahannya.
Apakah hanya itu bukti bahwa leukosit granular dapat melakukan diapedesis? Tentu saja tidak. Leukosit granular terdiri atas basofil, neutrofil, dan juga eosinofil. Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa neutrofil dan eosinofil berperan dalam fagositosis antigen. Kedua jenis leukosit tersebut harus sampai ke tempat antigen berada, di luar pembuluh darah. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa neutrofil dan eosinofil memiliki kemampuan diapedesis. Leukosit agranular ketiga adalah eosinofil. Pelebaran pembuluh darah dilakukan oleh histamin yang terdapat di dalam eosinofil. Penggumpalan darah juga dapat dicegah oleh heparin yang juga terdapat dalam eosinofil. Dalam upaya pemusnahan antigen, heparin dan histamin harus disampaikan ke tempat antigen berada, maka mustahil jika eosinofil tidak mampu menembus dinding kapiler pembuluh darah.
Jadi, penulis dapat menyatakan bahwa semua jenis leukosit, baik granular maupun agranular, memiliki kemampuan untuk menembus dinding pembuluh kapiler atau yang dinamakan diapedesis. Sekarang, terbukti bahwa pernyataan "Hanya leukosit agranular saja yang memiliki kemampuan diapedesis" terbantah. Nyatanya, baik leukosit granuler maupun leukosit agranuler sama-sama memiliki kemampuan diapedesis, sama-sama dapat menembus dinding pembuluh kapiler darah. Penembusan dinding ini dimaksudkan untuk memusnahkan antigen yang sedang menyerang tubuh. Sel darah putih dikeluarkan secara bertahap, tidak bersama-sama, dengan tujuan mengetahui cara yang tepat untuk membasmi antigen tersebut. Ada kalanya leukosit neutrofil saja dapat menangkis serangan benda asing ke dalam tubuh, seperti saat terdapat luka goresan dalam tubuh. Tapi terdapat juga patogen tingkat tinggi seperti virus yang membutuhkan peranan limfosit untuk mempertahankan tubuh kita.
Sekian yang dapat penulis bagikan kepada para pembaca. Terima kasih telah menyempatkan waktunya untuk membaca artikel penulis kali ini. Semoga dengan adanya pembahasan singkat mengenai leukosit dan diapedesis ini, para pembaca dapat dibuka pengetahuannya terhadap topik ini dan diharapkan dapat membantu penulis. Mohon maaf bila terdapat kesalahan penulisan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Bila terdapat kritik dan/atau saran, silakan dituangkan dalam kolom komentar yang telah disediakan di bawah. Sekali lagi, terima kasih.
Daftar Pustaka :
Nurhayati, Nunung. 2017. Biologi untuk Siswa SMA/MA Kelas XI.Bandung: Penerbit Yrama Widya
http://www.artikelsiana.com/2014/12/pengertian-fungsi-jenis-ciri-sel-darah-putih.html