Mohon tunggu...
Immanuel Satya Dharma
Immanuel Satya Dharma Mohon Tunggu... Freelancer - Teknik Arsitektur UGM 2019

Writing

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obat Anti Radang, Pemberi Harapan Palsu

23 Oktober 2017   20:46 Diperbarui: 24 Oktober 2017   17:29 25222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai para pembaca setia Kompasiana! Setelah membahas mengenai jaringan tumbuhan pada tulisan sebelumnya, di artikel ketiga ini penulis akan membahas mengenai jaringan pada hewan dengan topik obat anti inflamasi yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan otot.

Inflamasi? Apa Itu?

Sebelum membahas mengenai obat anti inflamasi, kita perlu tahu terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan inflamasi. Inflamasi dapat diartikan sebagai radang dan dibagi menjadi dua, yaitu inflamasi non imunologis yang tidak melibatkan sistem imun, misalnya luka dan cidera fisik. Yang kedua adalah inflamasi imunologis yang melibatkan sistem imun dan terjadi reaksi antigen-antibodi.

Bagaimana terjadinya inflamasi non imunologis? Jika tubuh mendeteksi mediator inflamasi (misalnya luka), maka sel di tempat itu akan semakin mudah ditembus dan diikuti keluarnya cairan di tempat peradangan, terjadi pembengkakan. Pembuluh darah perifer akan melebar dan aliran darah semakin dipacu. Timbullah warna merah dan sel-sel darah putih bermigrasi untuk pertahanan tubuh.

aspirin-59ef1607f7afdd3e0c1cc602.jpg
aspirin-59ef1607f7afdd3e0c1cc602.jpg
Apa Itu Obat Anti Inflamasi? Bagaimana Cara Kerjanya?

Jadi, apa sih yang dimaksud dengan obat anti inflamasi itu? Obat anti inflamasi dapat diartikan sebagai obat anti radang dan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obat anti inflamasi steroid dan non steroid.

Obat anti inflamasi steroid merupakan jenis obat yang sangat kuat karena obat-obat ini menghambat enzim phospholipase A2 sehingga asam arakidonat dan prostaglandin yang menjadi salah satu penyebab nyeri kepala primer dan menimbulkan edema (pembengkakan) tidak akan terbentuk. Meski sangat efektif, obat jenis ini memiliki efek samping yang besar pula seperti hipertensi dan osteoporosis. Contoh obat anti inflamasi steroid adalah hidrokortison, deksametason, prednisone, betametason, metilprednisolon

Obat anti inflamasi non steroid bekerja dengan cara menghambat COX sehingga prostaglandin dan tromboksan tidak terbentuk. Namun begitu, terdapat efek samping seperti pendarahan, peningkatan resiko kambuh asma, dan gangguan ginjal dan lambung. Contoh obat anti inflamasi non steroid yaitu parasetamol, aspirin, antalgin, asam mefenamat, ibuprofen, dan masih banyak lagi.

Setelah membahas sekilas mengenai apa yang dimaksud dengan inflamasi, bagaimana terjadinya, apa obatnya, dan juga efek sampingnya, sekarang penulis akan mulai menuangkan pendapat penulis mengenai inflamasi dihubungkan dengan jaringan pada hewan dengan topik "Obat Anti Inflamasi Menghambat Pertumbuhan dan Perkembangan Otot."

prostaglandin-59ef15e0ff240561e6642954.png
prostaglandin-59ef15e0ff240561e6642954.png
Mediator Inflamasi

Seperti yang telah dituliskan pada uraian teori singkat di atas, inflamasi/radang timbul karena adanya mediator inflamasi. Contoh mediator inflamasi adalah prostaglandin dan NO menyababkan pembesaran pada pembuluh darah, histamin, serotonin, anafilaktoksin, bradikin, leukotrien C, D, dan E meningkatkan permeabilitas vaskuler, leukotrien B dan kemokin menyebabkan kemotaksis, IL-1, IL-6, dan prostaglandin yang menyebabkan demam, bradikin dan prostaglandin menyebabkan rasa nyeri, dan enzim lisosom neutrofil dan makrofag, NO, dan metabolit oksigen menyebabkan kerusakan jaringan.

Prostaglandin merupakan salah satu mediator inflamasi yang mengatur relaksasi dan kontraksi pada otot  polos jaringan. Bagaimana mediator inflamasi ini dapat dihasilkan? Terdapat Phosphatidylcholine dan Phosphatidylinositol di dalam membran sel. Saat terjadi luka, maka sel akan terkena dampaknya, begitu pula dengan membran sel. Kedua zat tersebut diubah menjadi asam arakidonat yang nantinya bercabang menjadi jalur siklooksigenasi (COX) dan lipooksigenase. Pada jalur COX terbentuk prostaglandin dan thromboxane, sedangkan pada jalur lipooksigenase terbentuk leukotrin.

otot-59ef15dced4ed63d385afcc2.jpg
otot-59ef15dced4ed63d385afcc2.jpg
Perkembangan Otot

Lalu, topik membahas bukan hanya mengenai obat anti inflamasi, tetapi juga pengaruhnya terhadap pertumbuhan/perkembangan otot. Seperti yang kita ketahui, protein mendukung adanya perkembangan atau pertumbuhan pada jaringan-jaringan dalam tubuh manusia dan salah satunya jaringan otot. Protein dapat dengan mudah ditemukan dalam makanan seperti kacang-kacangan, telur, ikan, daging merah, whole-grain bread, dan lain-lain. Namun bila tidak diimbangi dengan latihan fisik, maka akan percuma. Bukannya otot yang akan berkembang atau bertambah besar, malah hanya akan menimbun lemak yang berakibat pada kenaikan berat badan.

Latihan fisik untuk mengembangkan otot terlihat berat bagi orang-orang yang belum terbiasa melakukannya. Ambil saja contoh latihan angkat beban 20 kg. Mungkin bagi para binaragawan, beban seberat itu dapat dianggap ringan karena mereka telah terbiasa melakukannya. Namun bagi orang yang belum terbiasa, mengangkat beban berat dapat menimbulkan kerusakan kecil pada otot (Kerusakan yang dimaksud bukanlah kerusakan yang besar dan mudah dilihat. Sel-sel otot lah yang mengalami kerusakan sehingga hanya dapat dilihat di bawah mikroskop). Begitu pula dengan latihan fisik yang lainnya. Saat sel-sel pada jaringan otot rusak, produksi prostaglandin akan meningkat. Namun karena adanya prostaglandin ini pula, tubuh akan merasakan nyeri. Karena rasa sakit, otak akan mengkoordinasi tubuh untuk mengobati sel-sel otot yang rusak tersebut.

Namun sayangnya, banyak sekali orang yang menganggap bahwa nyeri ini berakibat buruk pada tubuh dan harus diobati. Rasa tidak nyaman dan khawatir akan sakit yang berkelanjutan sering dirasakan oleh para penderita. Padahal sebenarnya, nyeri saat latihan fisik ini merupakan tanda-tanda bahwa latihan fisik yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil. Nyeri dapat dicegah dengan melakukan pemanasan sebelum berlatih dan juga pendinginan setelah latihan fisik. Hal ini akan meregangkan otot-otot sehingga otot tidak terlalu tegang. Namun jika nyeri sudah menyerang, tidak dapat dicegah lagi. Nyeri harus diatasi dan ada banyak cara untuk mengatasinya seperti memijat bagian yang nyeri, mandi dengan air hangat atau panas, meregangkan otot-otot di bagian yang terasa nyeri, kompres, dan menggunakan obat pereda nyeri yang akan dibahas setelah ini.

Sebenarnya rasa nyeri nantinya akan hilang dengan sendirinya, seiring dengan perbaikan sel-sel otot yang dikoordinasi oleh otak. Namun, tidak selamanya nyeri otot itu baik. Normalnya, tubuh hanya akan merasakan nyeri selama satu hari setelah latihan fisik dilakukan. Bila nyeri masih terasa setelah dua hari, hal ini tidak dapat dianggap sepele. Terdapat banyak kasus dimana rasa nyeri ini menuntun penderita pada sakit yang berkelanjutan. Gejala-gejala yang dirasakan antara lain mengalami kesulitan saat menelan, sesak napas, bertambahnya berat badan dengan cepat, lebih sedikit mengeluarkan urin, tidak bisa menggerakkan beberapa bagian tubuh, otot menjadi lemas, leher terasa kaku, demam tinggi, dan muntah-muntah. Bila sudah terjadi seperti ini, disarankan untuk pergi ke dokter atau rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

Obat Anti Inflamasi dan Perkembangan Otot

Bila sudah seperti ini, banyak orang yang mengandalkan obat pereda nyeri atau obat anti inflamasi yang telah dijelaskan di atas. Obat anti inflamasi steroid bekerja dengan cara menghambat tumbuhnya enzim phospholipase A2. Dengan terhambatnya pertumbuhan enzim ini, tidak akan terbentuk asam arakidonat sehingga otomatis, prostaglandin yang berperan dalam perbaikan otot juga tidak terbentuk. Dengan kata lain, penggunaan obat anti inflamasi steroid hanya akan menghilangkan rasa nyeri yang dihasilkan ketika tubuh melakukan perbaikan pada sel-sel otot yang mengalami kerusakan. Pengguna hanya akan merasa bahwa dirinya sudah kembali normal. Ia tidak lagi merasakan nyeri dan beranggapan bahwa sel-sel otot juga sudah diperbaiki. Padahal bila kita melihat lagi pada perbaikan otot, tanpa adanya prostaglandin yang menyebabkan rasa nyeri, otak tidak akan mendapat sinyal bahwa sebenarnya sebagian kecil dari tubuh mengalami kerusakan. Karena tidak mendapatkan sinyal, maka sel-sel otot yang rusak akan tetap rusak, karena otak mengira tubuh baik-baik saja dengan tidak adanya nyeri tersebut. Maka dari itu, terbukti bahwa penggunaan obat anti inflamasi steroid dapat menghambat pertumbuhan otot.

Sebenarnya, boleh-boleh saja menggunakan obat ini. Banyak juga atlet-atlet olahraga yang mengonsumsi obat pereda nyeri setelah berlatih/bertanding. Namun penggunaan yang berlebihan juga akan berakibat buruk. Dan untuk para binaragawan, obat ini tidak dianjurkan karena dengan hilangnya rasa nyeri, otot tidak akan terbentuk.

Lalu, bagaimana dengan obat anti inflamasi non steroid? Obat jenis ini bekerja dengan cara menghambat COX, tingkatan lebih lanjut dari phospholipase A2. Semakin kecil area yang dicegah, maka akan semakin kecil pula kemungkinan terjadi malfungsi obat atau efek samping terhadap tubuh pengonsumsi. Pada COX, terbentuk prostaglandin dan thromboxane. Jika dilihat lagi, tujuan utama kedua obat ini adalah sama, menghilangkan rasa nyeri yang berasal dari prostaglandin dengan cara menghambat pertumbuhannya, namun dengan lingkup yang lebih kecil. Pada obat anti inflamasi non steroid, asam arakidonat tetap dibiarkan berkembang dan menjadi dua jalur yaitu jalur COX dan jalur lipooksigenase. Namun setelah bercabang dua, jalur lipooksigenase tetap dibiarkan dan jalur COX dihentikan. Dengan dihambatnya pertumbuhan prostaglandin, maka otomatis pertumbuhan otot lagi-lagi dihambat. Kasusnya sama seperti yang terjadi pada pengguna obat anti inflamasi steroid.

Sekali lagi, penulis mengatakan bahwa tidak dilarang menggunakan obat anti inflamasi. Terkadang, kita memang perlu mengonsumsi obat-obat jenis itu untuk menghilangkan rasa nyeri pada tubuh. Misalnya kita akan melakukan aktivitas berat. Rasa nyeri tentu akan sangat mengganggu aktivitas. Dengan obat anti inflamasi, rasa nyeri dapat diturunkan. Namun, obat ini tidak dianjurkan bagi mereka yang memang berkeinginan untuk mengembangkan otot, seperti para binaragawan.

Kesimpulan

Dari apa yang telah dibahas tadi, penulis dapat menemukan jawaban atas topik yang diberikan, yaitu "Penggunaan Obat Anti Inflamasi Dapat Menghambat Pertumbuhan atau Perkembangan Otot". Penulis setuju dengan pernyataan tersebut. Dari uraian teori singkat mengenai inflamasi dan obatnya, didapatkan bahwa rasa nyeri merupakan reaksi dari tubuh dalam rangka memperbaiki sel-sel yang rusak dalam tubuh. Pada kasus ini, sel yang rusak merupakan sel otot. Rasa nyeri memberikan sinyal pada otot bahwa terdapat sesuatu yang tidak beres dalam tubuh. Setelah sinyal diterima, otak mengkoordinasi tubuh untuk memperbaiki sel-sel otot yang rusak tersebut.

Mengenai judul "Obat Anti Radang, Pemberi Harapan Palsu," penulis ingin menyampaikan bahwa obat anti inflamasi memberikan efek penghilang nyeri. Seolah olah, kerusakan pada otot telah teratasi karen sakit tidak lagi terasa. Namun nyatanya, hal ini hanya mengurangi rasa sakit dan tidak mempengaruhi perbaikan otot bahkan memperlambat perbaikan otot.

Penggunaan obat pereda nyeri, baik anti inflamasi steroid maupun non steroid dapat menghambat pertumbuhan otot. Tujuan utama obat tersebut adalah untuk menghambat pertumbuhan prostaglandin. Padahal, prostaglandin disini berfungsi untuk menciptakan rasa nyeri. Dengan begitu jika tidak ada prostaglandin, maka otak akan berfikir bahwa tubuh kita baik-baik saja sehingga tidak diperlukan perbaikan. Rasa nyeri pada tubuh hilang, namun sel-sel otot tetap mengalami kerusakan kecil. Selain itu, terdapat efek samping dari penggunaan obat-obat pereda nyeri.

Pandai-pandailah dalam memilih langkah. Biasakan melakukan pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik dan meregangkan otot setelahnya. Dan juga, berhati-hatilah dalam memilih obat pereda nyeri karena beberapa memiliki efek samping yang mengerikan.

Cukup sekian artikel penulis kali ini mengenai penggunaan obat anti inflamasi yang dapat menghambat pertumbuhan otot. Semoga dengan membaca artikel ini, para pembaca mendapatkan manfaat terkait penggunaan obat anti radang. Bila terdapat kesalahan dalam penulisan, mohon dimaafkan. Jika terdapat kritik atau saran untuk artikel kedepannya, dapat dituangkan dalam kolom komentar. Terima kasih telah meluangkan waktu anda yang berharga untuk singgah sejenak di kolom opini saya.

Sumber Referensi: 1, 2, 3, 4 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun