Penulis berpendapat bahwa jaringan permanen masih dapat melakukan pembelahan. Coba perhatikan saat batang tumbuhan terluka. Batang merupakan organ tumbuhan yang tersusun atas jaringan-jaringan permanen seperti epidermis, jaringan dasar, dan jaringan vaskuler. Saat tumbuhan terluka, maka akan langsung menutup luka tersebut. Cara tumbuhan menyembuhkan luka adalah dengan regenerasi sel atau pembelahan sel pada jaringan yang terluka terutama pada jaringan dasar. Salah satu pemicu pembelahan sel adalah hormon asam traumalin. Hormon ini akan merangsang pembelahan sel sehingga sel-sel pada jaringan/organ yang rusak itu digantikan oleh sel-sel baru hasil pembelahan. Namun, proses ini membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan.
Perlu diketahui pula bahwa jaringan parenkim tersusun atas sel-sel hidup yang berarti memungkinkan terjadinya pembelahan. Dengan ini pula, dapat dikatakan bahwa jaringan parenkim adalah salah satu jaringan yang paling aktif dalam proses regenerasi sel, dalam penutupan luka pada tubuh tumbuhan.
Contoh jaringan lain yang masih dapat melakukan pembelahan adalah jaringan gabus. Jaringan gabus dibedakan menjadi tiga macam, yaitu eksodermis, endodermis, dan peridermis. Peridermis terdiri atas felogen, felem, dan feloderm. Feloderm dapat dikatakan hamper homogen dengan parenkim korteks yang terbentuk ke arah dalam dan tersusun atas sel-sel hidup. Feloderm melakukan pembelahan yang berfungsi untuk mengatasi pecahnya epidermis dan korteks karena aktivitas pembentukan lingkaran tahun oleh kambium vaskuler.
Dengan adanya sifat totipotensi ini, bioteknologi modern dikembangkan oleh para peneliti untuk mengembangbiakkan tumbuhan yang memiliki sifat sama dengan induknya dan menghasilkan banyak individu baru dengan waktu yang singkat, yang kita kenal sebagai kultur jaringan. Dengan adanya kultur jaringan ini juga, diharapkan dapat mempermudah kita sebagai manusia untuk mendapatkan tanaman bermutu baik secara cepat.
Umumnya, tanaman yang dikembangbiakkan menggunakan teknologi kultur jaringan ini adalah tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, untuk mencapai keuntungan yang tinggi dan menutup biaya praktik kultur jaringan itu sendiri. Contoh tumbuhan yang sering dibudidayakan dengan kultur jaringan adalah anggrek, kopi, tembakau, cokelat, dan karet.
Persentase keberhasilan kultur jaringan akan lebih besar bila menggunakan jaringan meristem pada tanaman. Hal ini disebabkan karena jaringan meristem masih aktif dalam melakukan pembelahan, sehingga untuk membuat individu baru, jaringan meristem tidak akan mengalami kesulitan. Namun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa jaringan permanen dapat digunakan pada kultur jaringan. Jaringan yang biasa diambil adalah akar, batang, dan daun. Jaringan parenkim terdapat pada semua organ tersebut.Â
Dikutip dari www.pintarbiologi.com, ada dua jenis jaringan yang dapat dikembangbiakkan melalui teknologi ini, yaitu jaringan muda dan jaringan parenkim yang termasuk dalam kelompok jaringan permanen. Meski sudah mengalami diferensiasi sesuai fungsinya, jaringan parenkim masih dapat membelah dan membentuk individu baru karena tersusun atas sel-sel hidup.
Jadi, dengan uraian teori dan opini yang telah diulas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa jaringan permanen masih dapat melakukan pembelahan, namun hanya saat-saat tertentu yang benar-benar mendesak dilakukannya pembelahan. Salah satunya adalah saat timbul luka pada tubuh tumbuhan. Jaringan parenkim berperan aktif dalam regenerasi untuk menutup luka tersebut. Setelah luka berhasil tertutup, jaringan akan melakukan fungsi utamanya, lepas dari pembelahan.Â
Lalu, terdapat jaringan gabus yang ternyata berdiferensiasi menjadi berbagai macam jaringan lain. Feloderm, sebagai bagian dari jaringan gabus, ternyata tersusun atas sel-sel hidup yang berarti memenuhi syarat untuk sel membelah. Pendapat yang terakhir adalah mengenai kultur jaringan. Sifat totipotensi pada tumbuhan sangat tinggi. Hal ini berarti satu bagian saja dari tumbuhan jika dikembangbiakkan dengan media yang cocok, akan dapat membentuk individu baru yang memiliki sifat sama dengan induknya secara massal dengan waktu yang singkat. Hal ini dibuktikan lagi dengan percobaan yang dilakukan oleh F.C. Steward (1969). Ia mengambil bagian dari jaringan parenkim wortel dan menumbuhkan individu baru dari situ. Keberhasilannya memperkuat opini bahwa jaringan permanen masih dapat membelah.