Praktik jurnalisme mengalami perubahan dari proses produksi hingga penyajian informasi. Terdapat beberapa realitas yang bisa dilihat seperti adanya konten multimedia; interaksi antara jurnalis dan pembaca; hingga konten yang dapat menjangkau audiens secara global.Â
Digitalisasi sendiri memang memberikan dampak signifikan terhadap industri media massa. Dalam 5 tahun terakhir, kita melihat banyak media konvensional yang menutup perusahaannya karena tidak bisa beradaptasi dengan kondisi ini. Namun, kita juga melihat media cetak yang beralih sepenuhnya menuju online.
Peralihan dari cetak menuju digital tersebut sejalan dengan tren konsumsi informasi oleh masyarakat.
Perubahan di organisasi media massa serta tren pembaca menuntut jurnalis atau wartawan untuk segera beradaptasi dengan melakukan perubahan-perubahan dalam kegiatan produksi berita di era digitalisasi ini.Â
Cara Baru Pengumpulan Informasi oleh JurnalisÂ
Menurut Shapiro (2013), jurnalisme pada dasarnya adalah aktivitas mencari informasi yang akurat tentang suatu kejadian atau peristiwa. Informasi tersebut kemudian disusun dan dikonsumsi oleh publik.Â
Jurnalis kini juga banyak menggunakan teknologi digital seperti melakukan searching di website, alat digital perekam suara, kamera video, website, dan lain-lain. Jurnalis diminta untuk bisa menyampaikan informasi ke dalam  multiplatform.Â
Di era digital ini, kegiatan jurnalisme khususnya pengumpulan informasi ini dilakukan dalam konteks yang baru. Menurut Deuze (2017), proses produksi seperti mencari informasi dan wawancara narasumber dilakukan melalui internet dan mayoritas melalui media sosial.Â
Selain untuk mengumpulkan informasi, internet dan media sosial ini juga berfungsi untuk memverifikasi sumber informasi. Jurnalis bisa mengetahui fenomena yang sedang terjadi, informan, hingga tanggapan dari khalayak luas.
Dengan informasi digital yang berlimpah, jurnalis perlu untuk mengolah informasi tersebut menjadi sebuah berita yang benar dan penting untuk khalayak luas. Gray et al dalam Shapiro (2013) menjelaskan proses pengolahan informasi oleh jurnalis dalam 2 level:Â
Menyortir kumpulan data sehingga menjadi informasi yang lebih terstrukturÂ
Menyajikannya bagi pembacaÂ
Dua level ini membantu jurnalis untuk menyusun cerita yang beruntun.
Selain itu, jurnalis juga harus tetap memberikan informasi yang akurat. McQuail menyampaikan 3 sudut pandang tentang informasi yang akurat:
Informasi tersebut harus sesuai dengan fakta
Informasi sesuai dengan persepsi atau apa yang dibicarakan oleh narasumber sebuah peristiwa
Konsistensi dalam paparan informasi di teks beritaÂ
Pengemasan dan Penyajian Informasi di Internet
Penyajian informasi sendiri juga memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu dengan format multimedia. Jurnalis dituntut untuk menyajikan sebuah cerita atau storytelling yang utuh.Â
Untuk mengenal lebih jauh tentang bagaimana jurnalis menyajikan konten multimedia, dapat disaksikan pada video berikut: Â
Berdasarkan McPhilips & Merlo, dikutip oleh Muhammad Ashari (2019), di era media konvensional, elemen media seperti video atau suara didistribusikan secara terpisah melalui radio, televisi, dan cetak saja.
Lalu, di era digital ini, semua konten dapat dikonversi ke dalam format digital sehingga pendistribusiannya dapat dilakukan dalam satu kesatuan konten.Â
Penyajian konten ini juga perlu memperhatikan platform yang digunakan oleh jurnalis. Setiap platform atau media memiliki keunikannya dan nilai tambah masing-masing. Pemahaman ini dapat membantu jurnalis untuk menyajikan informasi dengan lebih baik.
Hal ini berkaitan dengan aspek interaktivitas yang menjadi ciri khas dari konten multimedia. Multimedia yang interaktif adalah ketika pembaca dapat berinteraksi dengan konten yang diberikan. Mereka bisa mengakses, menonton, mendengarkan, dan membaca informasi dengan mudah. Â
Selain itu, multimedia juga memiliki potensi untuk menghadirkan interaksi dan diskusi antara jurnalis dan pembaca secara langsung. Beberapa media online memiliki fitur dimana pembaca bisa mengomentari konten. Hal ini bisa membantu jurnalis untuk mengevaluasi informasi dari feedback yang ada serta berinteraksi dengan pembaca lain.
Dampak digitalisasi terhadap kinerja jurnalis
Tak dapat dipungkiri, perubahan ini memaksa wartawan untuk segera melek teknologi dan memiliki keahlian dalam menghasilkan konten multimedia. Rutinitas wartawan juga semakin padat karena dituntut untuk selalu menghasilkan berita atau informasi.Â
Dampaknya, jurnalis atau wartawan seringkali luput untuk melakukan verifikasi informasi. Hal ini mengakibatkan kredibilitas jurnalis dan kualitas informasi di Internet sering diragukan.Â
Oleh karena itu, selain mengikuti zaman, wartawan atau jurnalis tetap harus mengingat tugas dan tanggung jawab sosial yaitu memberikan informasi akurat yang mempengaruhi kehidupan orang banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H