Sayangnya, kedua film adaptasi dari Fox ini gagal untuk mengesankan para penggemar. Para penggemar merasa tidak bisa merasakan dunia ajaib milik Rick Riordan. Lalu, ada juga yang mengkritik bahwa terdapat perubahan dari karakter di Percy Jackson. Plot cerita juga dilihat cukup menyimpang dari narasi aslinya (Labonte, 2020).
Kira-kira kenapa ya kritikan dan kekecewaan ini bisa terjadi? sebelumnya mari kita mengenal terlebih dahulu tentang film adaptasi
Dari Novel Menjadi Film
Konsep film adaptasi dicetuskan oleh George Bluestone dalam bukunya berjudul Novels to Film (1957). Ia menjelaskan studi tentang “Two Ways of Seeing.” atau ‘dua cara melihat’ (Braudy & Cohen, 2004, h.382).
Menurut George Bluestone, buku merupakan medium linguistik sedangkan film adalah media visual. Keduanya sangat berbeda sehingga hal itu menjadi tantangan bagi para pembuat film untuk bisa menghasilkan film adaptasi (Braudy & Cohen, 2004, h.382).
Sejak kemunculannya film adaptasi pada 1900-an, film mulai menjadi sebuah hiburan naratif yang menghidupkan cerita novel hingga saat ini.
Alasan para pembuat film melanjutkan fenomena ini sepertinya terlihat dari dorongan komersial dan rasa menghargai yang tinggi untuk sebuah karya sastra. Tidak dapat dipungkiri, pembuat film memiliki ekspektasi bisa mendapatkan popularitas dan kehormatan dari pembaca karya sastra (Braudy & Cohen, 2004, h. 384).
Masalah utama dari film adaptasi adalah tentang keaslian. Kritik tentang fidelity atau kesetiaan terhadap novel menjelaskan bahwa selalu ada perbedaan dari novel dan film adaptasi. Idealnya adalah pembuat film memiliki pendekatan yang mirip dengan narasi yang dibuat oleh penulis. Pembuat film memastikan adaptasi berhasil dan menunjukkan esensi dari karya (Braudy & Cohen, 2004, h. 386).
Namun, sama seperti kasus pada film Percy Jackson & The Olympians : The Lightning Thief dan Percy Jackson: Sea of Monsters (2013), keaslian dan kemiripan 100% dengan novel adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Hal ini karena film adaptasi tersebut adalah media baru hasil dari interpretasi dan imajinasi pembuat film, dalam hal ini Chris Columbus dan Thor Freudenthal dan tim mereka.
Beberapa penulis novel pada masa itu meminta adanya kategori untuk film adaptasi sehingga dapat mengetahui sampai sejauh mana keaslian film adaptasi dari novel. George Wagner memiliki tiga kategori untuk film adaptasi (h.389) commentary, transposition, dan analogy.
Peran Rick Riordan dalam Produksi Film Percy Jackson
Berdasarkan ketiga kategori sebelumnya, saya melihat bahwa Percy Jackson & The Olympians: The Lightning Thief (2010) khususnya adalah termasuk dari kategori commentary.