Mohon tunggu...
Immanuella Devina
Immanuella Devina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, UAJY

Communers'19 be a voice, not an echo.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Garin Nugroho, Auteur Indonesia dengan Filmnya yang Penuh Makna!

25 September 2021   11:37 Diperbarui: 25 September 2021   11:43 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Scene dari "Aku ingin Menciummu Sekali Saja." (2002). Foto: Kineforum.org

Auteur adalah istilah bagi sutradara yang turut andil dalam segala aspek produksi film. Garin Nugroho adalah contoh dari industri film Indonesia

Siapa yang tidak mengenal Garin Nugroho? Sosok sutradara dan penulis dari Opera Jawa (2006), Ingin Menciummu Sekali Saja (2002), dan yang sempat menjadi perbincangan masyarakat Kucumbu Tubuh Indahku (2018).

Kompas menjelaskan bahwa sutradara ini telah mengerjakan 24 film. Ia sering mendapatkan penghargaaan sebagai Sutradara Terbaik melalui karya-karyanya, contohnya di FFI 2019.

Kucumbu Tubuh Indahku (2018) sendiri pernah masuk nominasi Piala Oscar 2020.

Selain itu, karya terbarunya yang cukup terkenal dan digarap bersama kelompok Teater Musikal Nusantara (TEMAN) adalah serial musikal "Nurbaya" yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Marah Roesli tahun 1922.

Dilansir Jakarta Globe, Film pemenang penghargaan ini adalah karya seorang auteur Garin Nugroho.

Karya-karya yang sungguh khas dan menarik, membuatnya cocok untuk disebut sebagai Auteur atau Author.

Memahami Konsep Auteur di Industri Film 

Auteur atau Author teori berawal dari Perancis sekitar tahun 1940-an. Auteur dimaknai ketika seorang pembuat film menjadi  author dari filmnya sendiri. Ia memiliki peran atau pengaruh yang sangat besar di setiap aspek dalam  pembuatan film tersebut.

Biasanya, kita bisa melihat gaya khas Auteur tersebut dari film-film yang ia buat. Tak jarang, seorang Auteur ikut mengarahkan dari proses menulis, mengedit, dan bahkan melalukan acting di filmnya sendiri

Konsep ini muncul ketika para kritikus memberikan tanggapan terhadap industrialisasi pembuatan film di Amerika Serikat dan Eropa. Sutradara Francois Truffaut, sebagai kritikus menulis jurnal Perancis yang sangat berpengaruh yaitu Cahiers du Cinema (Cinema Notebook).

Pada jurnal tersebut, terdapat konsep auteur dalam esainya tahun 1954 "Une Certaine tendance du cinema francais" (Tren dalam sinema Prancis).

Perbedaan Auteur dan sutradara film umumnya

pexels-martin-lopez-1117132-614ea1e30101905d49485472.jpg
pexels-martin-lopez-1117132-614ea1e30101905d49485472.jpg

Dilansir dari MasterClass, Truffaut berpendapat bahwa sutradara film mainstream hanya sebagai metteur en scene atau mengatur "pementasan" dari naskah yang ditulis oleh artis lain. Ia berpendapat bahwa pembuat film terbaik adalah mereka yang menulis  dan menyutradarai film mereka sendiri. Auteur memiliki visi pribadi yang unik

3 Komponen dari Teori Auteur

Andrew Sarris (1962), kritikus dari The New York Times,  mengembangkan konsep Truffaut dengan memberikan definisi yang lebih komprehensif melalui tiga komponen:

  1. Kompetensi Teknis = Auteur harus memiliki kemampuan teknis dalam membuat film sehingga ia sangat terlibat dalam komponen-komponen produksi film yang ada
  2. Kepribadian yang unik = Auteur membedakan diri dengan sutradara lainnya melalui kepribadian dan gaya mereka yang jelas. Saat kita menonton karya-karya Auteur, kita bisa melihat teknik dan tema film yang konsisten dieksplorasi. Auteur membuat film yang adalah milik mereka
  3. Pemaknaan = Auteur bisa membuat film yang bermakna dan membicarakan tentang kondisi manusia. Ia membuat film untuk mengungkapkan perspektif dan perenungan yang unik tentang kehidupan.

Bagaimana pengaruh dan ciri dari karya-karya Garin Nugroho?

Scene dari
Scene dari "Memories of My Body "(2018). Sumber: Thefilmstage.com

Selanjutnya, mari kita melihat ciri dari karya Garin Nugroho sehingga ia pantas disebut sebagai seorang Auteur melalui tiga komponen tadi! 

Kompetensi Teknis

Hal ini tidak perlu diragukan lagi. Garin Nugroho sendiri bukan hanya seorang sutradara, Ia juga pernah menjadi produser dan penulis film yang dikenal selalu mengangkat kisah inspiratif dan isu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Berita terbaru, Garin Nugroho sendiri adalah produser eksekutif dari serial musikal yang terkenal yaitu "Nurbaya." Film ini bisa ditonton secara gratis dan mudah melalui Youtube.

Kepribadian yang unik

Serial Musikal Nurbaya. foto : Indonesia Kaya 
Serial Musikal Nurbaya. foto : Indonesia Kaya 

Dari sisi visual dan representasi, film karya Garin Nugroho disebutkan dapat memproyeksikan kehidupan yang sesungguhnya. Film-film tersebut apik, emosional, sinematik, dan puitis.

Sebagai auteur, Garin Nugroho mampu juga memngekspresikan ide atau visi yang ia punya.

Salah satu contoh dari poin ini adalah representasi anak-anak dari 3 film Garin Nugroho yaitu Surat Bidadari, Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, Rindu Kami Padamu. Dari ketiga film ini melalui tesis I Gusti Agung Ketut Satrya Wibawa dengan judul "The Representation of Children in Garin Nugroho's Films"  (2008)  menyatakan ada 3 isu yang dibahas oleh Garin yaitu

  • Masa Remaja
  • Orang tua
  • Hubungan antara anak-anak  dan negara

Ketiga poin ini terlihat pada film Garin sebagai cara untuk memberikan kritik terhadap pemerinah. Contohnya dari film Aku Ingin Menciummu Sekali Saja secara kritis mengeksplorasi posisi rasial dan perlakuan tidak adil di Papua Barat oleh pemerintah Indonesia.

Tema yang diangkat selalu baru

Scene dari
Scene dari "Aku ingin Menciummu Sekali Saja." (2002). Foto: Kineforum.org

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Garin Nugroho terkenal mengangkat isu kehidupan sehari-hari. Tidak sampai di situ, karyanya juga tak jarang mengakibatkan kontroversi.

Salah satu contohnya adalah film Kucumbu Tubuh Indahku (2018) yang mengisahkan seorang remaja laki-laki yang ditinggalkan oleh ayahnya bergabung dengan pusat tari Lengger di mana laki-laki dianggap memiliki penampilan feminim.

Film ini sempat tayang di Venice Film Festival (2018).

Dibalik banyaknya prestasi Film ini menuai kontroversi pada masa itu karena dianggap menunjukkan "perilaku menyimpang" dan juga LGBT yang dianggap sebagian orang dapat merusak moral bangsa.

Lalu, film yang cukup lama, Ingin Menciummu Sekali Saja (2002). Nah, film ini juga mengangkat isu yang ada di Papua.

Dijelaskan dari IMDB membahas tentang remaja Papua yang bertemu dengan seorang wanita di Pelabuhan dan terobsesi dengan keinginan untuk menciumnya.

Pada saat yang sama, ayahnya sedang diburu oleh beberapa orang yang tidak dikenal karena aktivitas politiknya untuk menuntut keadilan.

Rindu Kami PadaMu (2004)  membahas tentang kerinduan secara universal kepada Tuhan namun tidak dibatasi oleh dogma-dogma. Melalui ulasan dari Ahmad Bachrain,  Garin tidak terlalu memprelihatkan simbol keagamaan melainkan lebih terhadap sisi-sisi manusiawi.

Berdasarkan film-film tersebut, dapat dikatakan bahwa Garin Nugroho adalah seorang auteur yang sejati karena mampu memproyeksikan visinya melalui karya. Selain Garin Nugroho, siapa lagi yang cocok disebut sebagai auteur dari Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun