Sudah menjadi tabiatnya bahwa semakin manusia bertambah tua, pikirannya semakin mirip anak kecil. Terkadang, mertua tiba-tiba tersinggung oleh hal sepele, minta sesuatu yang sebenarnya kurang bermanfaat, punya pendapat yang berbeda dengan menantu, dan sebagainya.
Kalau sudah demikian, memantu yang notabene lebih muda harus tetap waras. Ingat, mertua adalah orang tua. Mereka tidak sepengalaman kita. Kadang kala mereka memang, maaf, "bodoh". Tapi mereka tetap orang tua yang harus kita hormati. Oleh karena itu, kita harus bisa memahami perasaan mereka, sehingga bisa mengambil tindakan atau mengemukakan pendapat yang tidak menyinggung hati mereka. Orang tua itu urusan yang sensitif.
Nah, kalau sudah ada komunikasi yang baik, walaupun tidak akrab, cukup untuk membuat rumah tangga tidak lagi terasa horor. Kalau kita bisa memahami perasaan mertua, cekcok menantu dan mertua bisa dihindari. Relasi menantu dan mertua pun menjadi lebih baik. Ingat, setiap rumah tangga pasti punya masalah, entah dengan pasangan sendiri, mertua, kertabat, teman atau yang lainnya.
Cara kita menyikapinyalah yang membuat hasilnya berbeda. Jadi, hidup seatap dengan mertua tidak selalu horor seperti yang sering kita dengar. Setidaknya, itulah yang dialami oleh penulis. Jadi, mari tingkatkan kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar khususnya orang-orang di sekeliling kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H