Ada yang dapat sebutan pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka ini tak pernah ribut soal siapa diantara mereka yang berjasa tapi yang mereka ributkan adalah selalu soal status, gaji dan tunjangan.
Mereka itu tak bakal meributkan siapa yang berjasa bisa membebaskan para sandera Abu Sayyaf.
Di negeri ini jika bicara soal siapa yang berjasa, bisa-bisa dimanipulasi tergantung siapa yang paling banyak suara pendukungnya. Jika boleh soal siapa yang berjasa ini pooling lewat SMS seperti menentukan pemenang di ajang pencarian bakat, maka yang terpilih berjasa adalah yang banyak duit dan royal.
Sejarah sudah membuktikan mereka yang benar-benar berjuang dan patut dikatakan berjasa justru kalah oleh pencitraan yang didukung mayoritas, apalagi jika didukung oleh media dalam berbagai bentuk.
Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Christina Martha Tiahahu, Nyi Hajar Dewantara, Walanda Maramis, Cut Meuthia, dan Rohana Kudus, mereka ini tak diragukan jasa-jasanya terhadap bangsa ini, tapi yang diakui berjasa dan diabadikan namanya sebagai pahlawan malah Kartini yang cuma bisa menuliskan ide-ide lewat surat yang dikirimkan kepada para teman Belanda penjajah negerinya.
Apakah cuma Soekarno dan Hatta yang banyak jasanya sehingga melupakan jasa-jasa Tan Malaka, Amir Syarifudin Harahap, Khairul Saleh yang dikarenakan mereka berhaluan ideologi sosial dan komunis lalu jasa-jasa mereka dihilangkan begitu saja dari sejarah (?)
Atau kita tak lagi mengingat jasa seorang Syafruddin Prawiranegara, yang karena jasanya negeri ini masih bisa eksis hingga hari ini, karena beliau lah yang menyelematkan negeri ini dengan membentuk Pemerintahan Darurat RI di Bukittinggi.
Terlalu banyak dari mereka yang benar-benar berjasa di negeri ini tapi dengan mudah dan seenaknya kita abaikan dan lupakan begitu saja, lalu kita sibuk berebut jasa yang bukan hak kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H