Mohon tunggu...
Imi Suryaputera™
Imi Suryaputera™ Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis, Penulis, Blogger

Pria, orang kampung biasa, Pendidikan S-3 (Sekolah Serba Sedikit)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money

Kantong Plastik 200 Perak

26 Februari 2016   06:17 Diperbarui: 26 Februari 2016   07:29 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

"Mulai hari ini Kami memberlakukan kantong plastik berbayar untuk tempat belanjaan yang bapak beli," ujar seorang Pramuniaga, saat Saya akan membayar belanjaan di Kasir pada satu Minimarket yang namanya cukup terkenal di negeri ini.

"Berapa ?" tanyaku.

"Duaratus rupiah, pak."

Tanpa banyak pertanyaan Saya menganggukkan kepala tanda setuju saja atas pemberlakuan pihak Minimarket.

Pramuniaga Minimarket pun kemudian menghitung jumlah harga belanjaan Saya dan memasukkannya ke kantong plastik. Belanjaan Saya itu antara lain; air mineral kemasan botol plastik, roti tawar kemasan plastik, wafer cookies kemasan plastik, kertas tisu refill dalam kemasan plastik, sabun mandi cair dan shampoo yang keduanya juga dikemas dengan botol plastik, semuanya dikemas dengan bahan yang serba plastik.

Saya sudah mengetahui perihal kantong plastik berbayar ini beberapa hari lalu melalui pemberitaan online. Entahlah apa yang sedang ada dalam pikiran pihak yang menganjurkan dan memberlakukan kantong plastik berbayar ini. Di negeri ini Saya pikir banyak orang yang berpikiran aneh-aneh.

"Bahan plastik itu sulit terurai. Sehingga perlu dikurangi sampahnya dengan memberlakukan kantong plastik berbayar," ujar seorang teman Saya.

Saya justru heran, jika bermaksud mengurangi sampah plastik hanya dengan memberlakukan kantong plastik berbayar, dengan harga yang tak seberapa pula; Saya pastikan tak akan berhasil. Uang sebesar Rp 200 ini di daerah Saya sama sekali nyaris tak ada nilainya. Tak ada satu barang dagangan pun yang dapat dibeli dengan uang Rp 200 ini di daerah Saya. Nilai mata uang terendah yang bernilai di daerah Saya adalah Rp 1.000.

Lagi pula kenapa cuma kantong plastik berbayar. Kenapa tidak yang lainnya ?

Kemarin Saya lihat tetangga Saya membeli pentol bakso dibungkus plastik, juga dengan es cendol yang menggunakan gelas plastik dari pedagang makanan minuman keliling.

"Para pedagang mesti mengganti kantong plastik dengan kantong kertas," cetus teman Saya.

Usulan yang bagus, mengganti bahan plastik dengan kertas.

Dapat dibayangkan jika menggantinya dengan kertas; belanjaan Saya nantinya adalah air mineral kemasan botol kertas, roti tawar kemasan kertas, wafer cookies kemasan kertas, kertas tisu refill dalam kemasan kertas, sabun mandi cair dan shampoo yang keduanya juga dikemas dalam kertas. Memang bisa ? Terserah teknologinya seperti apa yang penting bahan kertas itu sanggup untuk tidak menyerap cairan.

Yang jelas jika segala yang berbahan plastik diganti dengan yang berbahan kertas; nilai produksinya akan lebih mahal tentunya. Dan jelas tak semua barang bisa dikemas dengan yang berbahan kertas, terutama yang berbentuk cairan.

Dan lebih tak elok lagi jika semua serba kertas; istilah operasi plastik akan berubah menjadi operasi kertas.

Menurut Saya yang awam ini, yang Kita butuhkan itu sebenarnya bukan memberlakukan kantong plastik berbayar untuk mengurangi sampah plastik, tapi teknologi yang dapat mengurai sampah plastik, atau inovasi dari tiap orang untuk bisa memanfaatkan ulang sampah atau limbah plastik menjadi barang baru yang bernilai ekonomis dan estetis.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun