Mohon tunggu...
Imi Suryaputera™
Imi Suryaputera™ Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis, Penulis, Blogger

Pria, orang kampung biasa, Pendidikan S-3 (Sekolah Serba Sedikit)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Doa

24 Februari 2016   06:08 Diperbarui: 24 Februari 2016   06:58 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Doa Saya tampaknya tak dikabulkan Tuhan, Ki," keluh Jarwo, pada kesempatan pagi itu sedang sarapan kopi di warung Bu Minah. Keluhan itu ditujukan ke Aki Dalang, karena baru mereka berdua yang jadi tamu di warung.

Mendengar keluhan Jarwo itu Aki Dalang tampak menarik nafas dalam sebelum menanggapinya, boleh jadi sambil berpikir tanggapan apa dan bagaimana yang akan Ia sampaikan.

"Memangnya Kamu itu berdoa apa dan untuk apa ?" malah pertanyaan yang keluar dari Aki Dalang.

"Aku berdoa agar bisa hidup seperti orang-orang yang enak, makmur, dan kaya," jawab Jarwo yakin.

Aki Dalang tertawa mendengar jawaban Jarwo yang Ia pikir adalah jawaban standar, atau lebih tepatnya keinginan standar dari tiap orang yang merasa kehidupannya sulit bin susah.

"Kurasa doamu itu bukan tak dikabulkan Tuhan, tapi ditunda untuk waktu yang tak ditentukan," ujar Aki Dalang sambil tertawa pula.

"Yah, itu namanya sama saja dengan tak dikabulkan," sungut Jarwo cemberut.

"Perlu Kamu ketahui dan renungkan; Tuhan telah memenuhi apa yang Kita butuhkan, tapi Tuhan belum tentu memenuhi apa yang Kita inginkan," kata Aki Dalang seperti seorang Pilsuf.

Mendengar perkataan Aki Dalang itu Jarwo makin tampak tak bersemangat, kopi yang ia teguk pun seolah lenyap manisnya.

"Padahal Aku sudah memenuhi kewajiban yang diperintahkan Tuhan kepadaku, dan menghindari larangannya pula," Jarwo berargumen.

"Mungkin saja Kamu berdoa itu belum sesuai dengan Standard Operation Procedure yang diperintahkan Tuhan," timpal Aki Dalang yang disertai tawa berderai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun