Kejahatan maupun pelecehan seksual (sexual harrashement) terhadap wanita, tak jarang sebabnya justru berasal dari wanita itu sendiri.
Penampilan seorang wanita diluar rumah sangat patut diperhatikan, apakah cara berbusana, maupun mengenakan perhiasan (aksesoris) terutama barang-barang berharga.
Yang paling utama adalah cara berbusana; yang tentunya tidak mengundang nafsu syahwat (libido) tiap lawan jenis yang memandangnya.
Banyak kita temui sekarang ini wanita yang berbusana seolah memakai pakaian; baju maupun celana yang seakan kekurangan bahan (minimalis). Wanita berbusana setengah telanjang, sangat sering kita temukan. Atau wanita yang mengenakan busana yang sangat ketat, seolah menyatu dan lengket dengan tubuhnya, sehingga tampak jelas memperlihatkan tonjolan-tonjolan kemaluan (aurat) terutama payudara dan pantat. Pemandangan ini tak pelak lagi membuat yang memandangnya, tidak saja pria tapi sesama wanita pun merasa risih.
Bagi pria yang pikirannya "ngeres", pemandangan seperti itu pastilah merupakan semacam "rejeki nomplok". Pikiran kotor pun akan menerawang kemana-mana.
Namun agaknya bukan hanya wanita yang suka berbusana "minimalis" yang patut jadi perhatian. Tak sedikit wanita yang berbusana tampak sopan dengan penutup kepala pula, namun juga dapat mengundang pikiran pria menjadi kotor. Wanita berbusana lengkap seperti itu, menyembunyikan auratnya namun dia sebenarnya telah gagal, karena dia hanya membungkus dan membalut auratnya tapi bukan menutupnya.
Seorang wanita yang berbuasana dari leher hingga mata kaki, menutup seluruh auratnya namun pakaiannya sangat ketat, dia bukan menyembunyikan atau menutup auratnya, tapi inilah yang disebut membungkus dan membalutnya saja.
Bayangkan andai wanita itu mengenakan pakaian ketat yang sama warnanya dengan kulitnya, dia akan tampak seperti telanjang dari jauh.
Jadi perlu ada istilah menyembunyikan, menutup, membungkus atau membalut aurat (kemaluan). Dan menurut yang saya ketahui kebanyakan wanita Indonesia suka beberapa hal dalam berbusana; berbusana minimalis (kurang duit beli bahan), busana ala buka Sekwilda (sekitar wilayah dada), busana ala Bupati (buka paha tinggi-tinggi), dan hanya membungkus dan membalut aurat dengan busana ketat.
Kemudian penggunaan perhiasan (aksesoris) untuk mempercantik penampilan. Banyak wanita yang seluruh perhiasan berharga miliknya; emas, platina (mas putih), intan, mutiara, dan berlian, dipakai serentak seolah etalase barang perhiasan berjalan keliling. Ini sangat berbahaya, bisa mengundang tindak kriminal bila sedang berada diluar rumah terutama di tempat-tempat keramaian.
Untuk jadi tampak cantik dan menarik sebenarnya tidak mesti berbusana minimalis, tak harus seperti etalase perhiasan berjalan keliling. Para ahli kecantikan dan kepribadian sering berkata, kecantikan alami itu adalah kecantikan yang terpancar dari jiwa seseorang (inner beauty), kecantikan semu adalah polesan yang dibantu oleh bermacam asesoris.
Mulailah berhias untuk tampak cantik, tapi aman dari tindak kejahatan dan pelecehan seksual, BBS; beautiful but safe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H