Setelah aku pikir-pikir, biarlah benda itu dipakai oleh temanku saja.
"Nggak apa-apa, pakai aja, tapi aku nanti diajari cara menggunakannya jua," ujarku.
"Jangan kuatir, nanti kuajari kamu biar bisa nelpon juga," balas H. Bustami.
Akhirnya benda itu pun berpindah tangan. Sebagai imbalan pinjam pakai, temanku memberiku uang Rp 100 ribu.
Itulah kisah pertama kali aku kenal ponsel.
Sekitar 2 tahun kemudian baru di daerahku terpasang jaringan. Orang-orang sudah banyak yang menggunakan alat komunikasi itu. Tapi aku sudah tak tinggal di daerah itu lagi, aku sudah lama berhenti dari perusahaan dimana aku bekerja dulu. Aku bekerja di daerah lain yang jaraknya dari tempat tinggalku sebelumnya cukup jauh, dipisahkan oleh lautan pula.
Melihat orang-orang menggunakan ponsel, aku pun teringat akan ponsel temuanku dulu. Namun apalah dayaku, kemana akan kucari temanku itu, sudah lama tak pernah lagi bertemu sejak aku pindah tempat.
Sudahlah pikirku, lupakan saja ponsel temuan itu. Yang jelas aku pernah memiliki ponsel meski itu hasil nemu alias ber-merk Nemu.
Karena memang perlu, aku pun mengumpulkan uang untuk membeli ponsel, meski punya uang cuma cukup untuk membeli ponsel second hand, aku membeli ponsel keduaku, Motorolla T-190.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H