Yang Unik dari buku karangan Bastian Tito
Dalam buku-buku karangan beliau kita sering menemukan beberapa kalimat yang unik misalnya Untuk menggambarkan durasi waktu, misalnya kita sering menemukan frasa “sepeminuman teh” atau “sepenanakan nasi” yang tidak kita jumpai dalam karya penulis lainnya. Untuk jarak atau ukuran, kita sering menemukan kalimat “lima tombak, tiga langkah, atau empat jengkal".
Penerbit dan peredaran Buku
Dalam memilih penerbit beliau bekerjasama dengan penerbit yang tidak besar (terkenal) dengan alasan jika bekerjasama dengan penerbit besar maka harganya akan menjdi mahal sehingga tidak semua orang mampu untuk membelinya, ini terlihat dengan tidak ditemukannya nama penerbit pada buku-buku tersebut, di beberapa buku memang tertulis nama penerbitnya namun kita tidak akan menemukan alamat dari penerbit tersebut, ciri lainnya yaitu buku-buku tersebut menggunakan kertas koran dan dicetak dengan kualitas sederhana sehingga mudah rusak.
Dengan menggunakan penerbit yang tidak terkenal maka resikonya buku-buku tersebut tidak tersedia di toko-toko buku terkemuka sekelas Gunung Agung dan Gramedia.
Buku-buku karya Bastian Tito biasanya diedarkan melalui agen-agen koran atau majalah dan toko-toko buku tradisional sehingga buku tersebut mudah ditemukan di terminal dan pasar-pasar desa.
Walau buku-buku tersebut tidak tersedia di toko-toko buku terkemuka namun setiap rillis selalu sangat laris, bahkan orang-orang menengah keatas pada rela ke terminal hanya sekedar untuk mendapatkan buku tersebut.
Judul Buku Terlaris (istilah perdagangan berhasil orbit)
- Serial Wiro Sableng berhasil mencapai 2 kali orbit, tepatnya tahun 1989 dan 1994
- Buku yang berhasil orbit ternyata buku terbitan lama tapi dicari kembali dan laris di tahun 90-an
- Dua buku yang berhasil orbit berjudul Makam Tanpa Nisan dan Guci Setan
- Judul Makam Tanpa Nisan meledak 921.020 exemplar tahun 1989
- Judul Guci Setan meledak 924.078 exemplar tahun 1994
- Berikut 10 judul serial Pendekar 212 yang terlaris selain 2 judul di atas (rata-rata terjual di atas 800.000 eksemplar): Badai Di Parang Tritis, Topeng Buat Wiro Sableng, Wasiat Iblis, Geger Di Pangandaran, Kiamat Di Pangandaran, Gerhana Di Gajah Mungkur, Kembali Ke Tanah Jawa, Senandung Kematian, Kematian Kedua dan episode terakhir Jabang Bayi Dalam Guci.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Wiro_Sableng
Mungkin kalau beliau mau bekerja sama dengan penerbit besar (terkenal) buku-buku karangan beliau bisa masuk buku Best Seller, karena buku-buku tersebut memang sangat laris, bahkan mungkin beliau akan mendapatkan penghargaan yang tidak sedikit, sebagai contoh buku pertama beliau berjudul "4 Berewok dari Goa Sanggreng" dicetak pertama kali tahun 1967 pada awal tahun 2000 masih mengalami cetak ulang, padahal sekali cetak ulang minimal 1000 buku.