Untung kami punya Tuhan yang selalu setia menemani keluarga disaat terpuruk sekalipun.
Begitu asyiknya ceritaku bersama Ayah di teras rumah, ibu pun datang menghampiri kami membawa 3 gelas teh manis hangat dan roti "Amanda" kesukaan ayah, maklum aku baru tiba dari Medan 2 jam yang lalu dan beliau baru pulang kantor.Bulan itu adalah Bulan Desember 2015 jadi Natal bersama keluarga. Ibu seakan tak ketinggalan mengikuti nostalgia kami berdua, satu kata beliau yang selalu ku ingat "Takdir manusia ini sudah ditentukan oleh Tuhan, dan siapapun tak bisa menolak dan mencegah itu kecuali Tuhan", lihatlah Bapak, dia tak pernah membayangkan bahwa kelak dia akan menjadi Kepala Desa seperti sekarang di tempat dimana dia dulu dikucilkan, Namun takdir Tuhan tetaplah takdir Tuhan. Nostalgia kali ini kembali menjadi wejangan khusus untukku yang sedang mencari pekerjaan impianku.Â
Sosok ayahku adalah idolaku dan row modelku dalam mencapai impianku,Doa, kegigihan dan kerja keras yang beliau pegang teguh memang dijawab Tuhan melebihi yang dia dambakan, satu cita cita beliau yang aku tau hanya menamatkan semua anaknya dari jenjang perkuliahan lebih tinggi darinya, sepertinya mimpi itu memang mengunggu waktu saja, kakak, aku dan adik dibawahku sudah selesai kuliah di Universitas Impian masing masing, tinggal si anak yang paling kecil yang sedang kuliah di Universitas impiannya juga. Beliau berdua berpesan selalulah gigih, semangat dan kerja keras mendaptkan IMPIAN dan AMBISI. Â Miss both of you my hero.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H