Mohon tunggu...
Gito Manalu
Gito Manalu Mohon Tunggu... -

Seorang Employee yang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Enjoy Your Sweat Because Hardwork Doesn't Guarantee but Without It You Dont Have A Chance. Sedikit kisah Ayahku

28 Februari 2017   22:18 Diperbarui: 2 Maret 2017   00:01 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika itu disebuah Daerah terpencil di Sumatera Utara, kabupaten Dairi tepatnya di sebuah desa yang bernama Dusun JUMA GUNUNG pada Senin, 7 Juni 1965 lahirlah seorang anak pertama dari Pasangan S boru Lubis dan B Manalu. Kebahagiaan yang begitu besar sungguh dirasakan keluarga kecil ini sebab kedatangan bayi kecil ini sudah dinantikan selama beberapa tahun.  Pasangan ini menikah 2 tahun sebelum lahir seorang bayi laki laki pembawa keberuntungan demikian harapan kedua orang tua itu. Pernikahan mereka tidak berjalan seperti lazimnya pasangan biasa, kisah percintaan mereka di tentang kedua belah pihak keluarga pokoknya jika istilah sekarang 'complicated'lah. Namun perjuangan cinta mereka berakhir indah setelah mereka berdua menunjukkan komitmen untuk saling mencintai satu sama lain hingga mereka tua. 

Lahir dengan predikat anak pertama dan laki-laki adalah sebuah kebanggaan tapi juga tanggungjawab yang besar terselip bersamanya. Bagi tradisi Batak anak laki-laki itu seperti anugerah yang sungguh besar bagi sebuah keluarga, sebab inilah yang akan mewariskan marga yang dilekatkan padanya, lain dengan perempuan yang akan dipersunting oleh lelaki lain dan akan mengikut marga suaminya. Namun kasta antara lelaki dan perempuan itu sudah perlahan terkikis semenjak Kepercayaan Kristiani memasuki tanah Batak yang mengajarkan bahwa semua sama dimata ALLAH. 

Dibesarkan dikeluarga yang sederhana membuat Anak ini menjadi terlatih untuk bekerja keras, susahnya kehidupan saat itu memang turut menjadi faktor pembentuk kepribadian dan prinsipnya . Tanggungjawab besar itu dipikulnya seiring dengan bertambahnya umurnya dan saudaranya.  Mayoritas pekerjaan penduduk di desa itu adalah bertani, jam 7 pagi semua sudah berada di ladang untuk bekerja dan bagi anak yang sudah bersekolah maka mereka tetap ditugaskan oleh orangtua untuk menuntut ilmu setinggi mungkin supaya kelak bisa mengangkat derajat keluarga dimata masyarakat sekitar. 

Kebetulan si Anak lelaki ini sudah umurnya bersekolah, maka dia sama seperti anak anak lainnya berangkat kesekolah dengan semangat yang membara untuk menuntut ilmu, sementara adik adiknya yang belum cukup umur bersekolah tentu saja dibawa oleh orangtuanya ke ladang supaya si Ayah ada temannya bekerja di ladang. Bahkan sarapan dan makan siang telah dibawa keladang sebab jika harus pulang ke rumah untuk makan dan istirahat tidur siang sudah memakan waktu yang lama karena jarak perkampungan ke ladang memakan waktu 1 jam dan 2 jam PP.  Sepulang sekolah si Anak ini hanya akan berganti pakaian saja mampir kerumah setelah itu dia sudah harus berangkat ke ladang untuk membantu orangtuanya dan alasan yang paling masuk adalah makan siang telah dibawa keladang mau tidak mau dia harus bergegas keladang supaya si perut lekasi di isi. 

Dibesarkan dikeluarga petani membuat dia juga otomatis akan diprediksi manjadi petani, itulah  asumsi awal ayah dari Anak yang sudah beranjak dewasa ini. Kemudian dia disekolahkan jauh dari Desa terpencil itu menuju ibu kota provinsi yaitu kota Medan. Tekad yang begitu tangguh ditunjukkannya dengan satu harapan dalam hati "aku akan mengubah derajat keluarga ini'. Dia berangkat ke Medan yang berjarak 147 KM dari tanah kelahirannya dan bisa ditempuh 5 jam waktu normal, ketika itu angkutan menuju medan hanya ada 2 saja, berangkat jam 5 pagi dan jam 12 siang. Dia melanjutkan sekolahnya di SMA N 9 Medan, sebuah kebanggan bagi sebuah keluarga jika bisa menyekolahkan anaknya ke Kota Medan kala itu. Namun jauh dari kebanggan itu tersirat doa dari kedua orangtuanya kelak anak pertama ini akan sukses dan akan menular ke saudara-saudarinya. 

Kehidupan di Kota Medan yang betul betul asing jika dibandingkan dikampung memang berdampak serius terhadap cara bergaul anak 'ABG" ini, dia seperti menemukan sebuah kekebasan dikota ini, tujuan awal ingin bersekolah seakan sudah dilupakan ketika berjumpa dengan teman teman se'visi' dengannya. Anak ini memang mempunyai kelebihan dalam berteman, dia pandai bernyanyi dan memainkan gitar sembari memainkan sebait lagu Batak kesukaannya. Itu jugalah yang akhirnya melalaikan dia akan tugas utama yang didoakan orangtuanya untuk dia. 4 tahun adalah waktu yang dubutuhkannya untuk menyelesaikan Sekolah Menangah Atas (SMA) dengan berbagai alasan yang menurutku tak masuk akal. 

Tamat dari SMA dia tak berniat untuk kuliah sebab olehnya dia kurang suka duduk diam belajar, mungkin inilah salah satu alasan kenapa dia butuh 4 tahun untuk menamatkan SMA. Dia kemudian mengikuti tes masuk Kepolisian Jalur Caba. Dari awal semua tahapan tes berhasil dilaluinya, keluarga dikampung juga sudah kepalang bangga dan jumawa bahwa anak kami akan menjadi seorang polisi, namun apa yang terjadi kemudian pada tahapan terakhir yaitu 'pantohir' dia lalu gagal. Seperti terkenal petir di siang bolong, anak ini frustasi dia tak mau pulang ke kampung sebab malu sudah diberitakan sudah menang jadi Polisi. 

Kehidupannya sedikit berubah ketika dia bertemu seorang Gadis cantik dan keibuan, pertemuan mereka berlangsung singkat dan komitmen mereka juga berlangsung tanpa ada keraguan dihati masing masing. SI Gadis ini adalah seorang guru yang ditempatkan mengajar di SMP di kampung tinggalnya Pemuda ini. Lazimnya seekor kumbang jika melihat bunga pasti akan dihinggapi. Hingga sampai pada komitmen mereka dikukuhkan di sebuah Gereja dikampung itu, berjanji sehidup semati hingga ajal menjemput. Kehidupan mereka sama seperti pasangan keluarga muda lainnya, perbedaan pola pikir hingga perbedaan sifat dan karakter terjadi, maklum si istri adalah seorang yang mengenyam kursi perkuliahan sedangkan si suami hanya tamatan SMA itu juga 4 tahun. 

Namun nampaknya cinta mereka lebih kuat dari segala macam masalah yang datang. Pada 27-04-1989 lahirlah seorang anak perempuan yang mungil dan cantik, kelahiran anak ini otomatis mengubah wibawa seorang suami, dia akan dipanggil ayah. Doa yang diucapkan kepada sang pencipta supaya anak perempuan ini kelak membawa berkat yang berlimpah untuk keluarga ini, doa itu memang tergenapi. Si Bapak  akhirnya mendapatkan PNSnya di sekolah tempat sang istri mengajar juga sebagai pegawai biasa. 2 tahun kemudian lahirlah Aku, seorang anak laki-laki yang kelak menjadi satu-satunya anak lelaki dikeluarga ini. Kehidupan kami lalui seperti biasa hingga aku mengenal arti dari sebuah kata disitu juga adikku perempuan lahir dan kemudian dia berjarak 3 tahun dengan kelahiran adik perempuanku paling kecil.

Ketika itu aku kelas 5 SD sebuah kejadian yang menjadi awal ujian berat kepada keluarga kami berlangsung, sebuah pertengkaran hebat dengan orang lain berujung pada terkucilkannya keluarga kami di kampung itu. Panggilan kepolisian silih berganti kala itu memaksa ayahku harus melapor sebab disangkakan pelaku kekerasan yang sampai saat ini aku tak mempercayainya. Seperti petir disiang bolong, keluarga kami betul betul dikucilkan saat itu, disamping biaya perkara yang begitu besar saat itu yang harus ditanggung oleh keluarga kami, yang paling kuingat saat itu adalah kami menyelesaikan masalah ini sendiri yang lain seperti malu mengurusi masalah ini. 

Namun satu hal yang aku dapatkan dari ujian ini adalah kami sekeluarga seperti diuji keintimannya, semakin terkucilkan semakin kami saling menyanyangi satu sama lain.  Momen dimana ayahku merasa frustasi dan seperti tak berarti dalam hidup ini disaat inilah beliau alami. "Apa maksud semua ini Tuhan?" inilah pertanyaan yang memenuhi isi kepala beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun