Hi, teman-teman ! kali ini aku berkunjung di salah satu tempat rekreasi yang terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Dari rumah aku berangkat bersama temanku pukul 09.00 WIB naik motor menuju wisata Bledug Kuwu yang ternyata memerlukan waktu sekitar 40 menitan. Wah cukup jauh bukan? Buat kalian yang suka jalan-jalan mengeksplor keindahan alam tempat ini cocok sekali loh.....cekidotttt!.
Setelah tiba di tempat itu kita masuk berdua menuju pintu utama dan di pos tersebut kita dikenakan tarif sebesar Rp. 5000 saja tetapi ini belum tarif parkirnya sebesar Rp. 2000/motor. Di tempat parkir kita disediakan penyewaan payung dengan tarif Rp.10,000 ini relatif tergantung kalian milih ukuran payungnya. Lihat nih guys, di kanan dan kiri menuju gerbang masuk Bledug Kuwu banyak warung-warung lesehan es degan loh atau dalam bahasa Jawa yang berarti es kelapa.
Cocok ya kan buat cuaca yang panas ini? Mari kita beranjak jalan kaki ke kiri banyak fasilitas yang disediakan yaitu gazebo, menara pandang, mushola, toilet, patung Aji Saka dan spot foto yang ciamik tentunya. Agak jauh sekitar kurang lebih 30 meter menuju pusat hamparan Bledug Kuwu. Eh eh guys rupanya aku dan temanku kita bertemu pada salah satu Petani Garam yang sedang membuat garam secara langsung loh. Pas kita jalan tuh ada juga Bapak Pemandu yang dibayar seikhlasnya oleh para wisatawan dan memang semakin dekat kita diarahkan untuk stop di meter ke 5 sampai 10 dari pusat letupan.
Uniknya, hamparan yang dulunya sawah ini dengan luasan 45 hektar ada yang blebek-blebek atau rupanya ada yang keluar itu berupa gas dari dasar yang aku pijak ini. Aku dan temenku asyik berbincang-bincang tentang ini tuh sebetulnya juga bukanlah tanah kalau diperhatikan ini seperti lumpur-lumpur yang memang keluar dan sudah mengeras. Tak cukup sampai situ ternyata kata orang-orang banyak mitos legenda Jaka Linglung sebagai Aji Saka gitu.Yang beredar tentang asal-usul penamaan Bledug Kuwu adalah sebuah kawah lumpur disebut dengan bledug dan Kuwu karena lokasi wisata itu di Kuwu.
Teman! Ternyata gambar di atas ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat diambil airnya untuk dijadikan garam sekilas Bledug Kuwu terlihat sama seperti lumpur Lapindo di Sidoarjo tinggi letupan lumpur yang mencapai 10m. Di musim penghujan menjadikan Bledug Kuwu sebagai sebuah fenomena yang menarik uniknya letupan lumpur Bledug Kuwu tidaklah panas namun cenderung dingin. Bebarengan dengan letupan lumpur Bledug Kuwu, nah petani garamnya bilang ini memang ada sentra pembuatan garam dan lucunya itu padahal di daerah Bledug Kuwu ini jauh sekali dengan laut tetapi dibuat sumur itu nanti mengalir ke kolam di bawah lalu kita ambil air hingga tinggal ditaruh-taruh gitu aja nih dituang dalam bambu. Tapi menariknya tuh di rumah sumur masyarakat setempat airnya tawar dan fakta menariknya kebanyakan di daerah Grobogan di apit dua pegunungan kapur.
Dengan mengandalkan kebaikan alam dalam memproduksi sebuah garam petani garam ini menyiapkan bilah-bilah bambu disiapkan sebagai wadah untuk pencetak garam. Setiap hari bilah-bilah bambu dijemur dan ditambah air baru kemudian setiap tujuh hari sekali bilah bambu akan dicek dan dipanen ketika buliran garam sudah mulai terlihat. Ya, kalau misalnya melihat mungkin ada beberapa masih bercampur dengan air garamnya tapi butiran-butiran sudah mulai terlihat. Kalian tahu nggak? kalau garam yang diproduksi ini pada saat musim kemarau pasokannya melimpah loh guys jadi otomatis dijual murah oleh Petani Garam sedangkan di musim penghujan garam dijual dengan nilai tinggi karena sedikitnya pasokan.
Teman ! mari kita bicara soal aspek konservasi sumber daya alam di Bledug Kuwu, dulu aku bersama temen-temenku berbondong-bondong dari Komunitas Pramuka Peduli area Kecamatan Wirosari mengunjungi Wisata Bledug Kuwu bersama TMMD Tanam Cemara Laut "wah wah asyik banget loh" seruku. Aku sih berharap dengan ikut kegiatan itu dapat menyelamatkan Bledug Kuwu ini. Eh eh guys dilihat fungsi tanaman cemara laut ini diharapkan bisa menyerap air dari akar menuju ke batang yang dialirkan dari permukaan tanah loh. Karena bayanganku pada saat itu ya sebagai pecinta alam berfungsi menahan arus air, kalo saja tanamannya rimbun dan rapat maka dapat menahan air gitu.
Jadi ada penahan air ketika musim penghujan datang yang dimana air dan tanahnya stabil dan juga dapat mengurangi dampak adanya erosi tanah hehe, kayak pepatah bilang "Lebih baik mencegah daripada mengobati" ini sangat sangat relate. Aku juga baru tahu kalau warga mengkonservasi air hujan atau pemanenan air hujan dan ditampung di talang yang terbuat dari alumunium guys, agar air yang didapat kata warga "kualitase apik" yang artinya kualitasnya bagus. Aduh, sayangnya di kawasan tersebut tanahnya tidak bisa dilakukan pengeboran loh karena dikhawatirkan adanya air yang mengandung garam cukup tinggi tersebut.
Kalian lihat nggak ada bapak-bapak duduk di tengah hamparan Bledug Kuwu itu?. Ternyata dia salah satu penjual garam Bledug Kuwu guys!. Beliau ini menjual lumpur Bledug Kuwu (untuk obat jerawat), air belerang (untuk menyembuhkan gatal-gatal dikulit, air bleng (untuk campuran kerupuk gendar/ kerupuk nasi) dll. Oke temen-temen demikian penuturan dan beberapa informasi dari aku, yuk, kalian kapan berkunjung ke sini?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H