Mohon tunggu...
Imelda AnastasyaPasaribu
Imelda AnastasyaPasaribu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa di Universitas HKBP Nommensen Medan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjelajah Kampung Tematik di Kota Malang

30 September 2022   12:29 Diperbarui: 30 September 2022   12:43 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2: Kampung Warna Warni/Dok pribadi

                                                                                    MENJELAJAH KAMPUNG TEMATIK DI KOTA MALANG 

                                                                                                    Oleh: Herlina dan Imelda A Pasaribu

                        

Dalam pertemuan minggu ke-4 kegiatan modul nusantara kami menjelajah kampung tematik yang ada di kota Malang yaitu kampung topeng dan kampung warna-warni. Perjalanan pertama kami menjelajah kampung topeng. Kampung topeng di desa Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasi kampung ini berada direleng perbukitan. 

Kampung topeng adalah salah satu kampung yang mengembangkan salah satu jenis topeng Jawa yang memperhatikan genre tokoh-tokoh lakon panji. Kampung Topeng didirikan oleh kementerian sosial pada tahun 2016 melalui program "Desa ku Menanti" diatas lahan seluas 5.000 meter persegi milik pemerintah kota Malang lalu diresmikan pada tanggal 14 Februari 2017 oleh walikota Malang yaitu bapak Mochamad Anton. 

Dok pribadi
Dok pribadi

Sesampai di lokasi wisata, pengunjung disambut dengan 2 topeng raksasa, topeng berukuran kecil yang beraneka warna dari berbagai karakter yang diletakkan secara berselang-seling dan juga beraneka bunga cantik. 2 topeng raksasa adalah topeng Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji. 

Selain model dan wujud pertokohan dikuatkan dengan kombinasi 5 warna dasar yakni merah melambangkan beranian, putih melambangkan kesucian, hitam melambangkan kebijaksanaan, dan kuning melambangkan kesenangan serta hijau melambangkan kedamaian. 

Tujuan didirikan wisata kampung topeng adalah untuk menghimpun orang-orang yang kurang beruntung dalam hal ekonomi seperti pemulung, pengamen dan pengemis. Mereka diberikan pelatihan kemandirian ekonomi seperti membuat dan mewarnai topeng, dengan harapan setelah memiliki keterampilan mereka mampu secara ekonomi tanpa kembali ke jalanan. 

Gambar 2: Kampung Warna Warni/Dok pribadi
Gambar 2: Kampung Warna Warni/Dok pribadi

Setelah dari kampung topeng, kami dan teman-teman Mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka inbound Universitas Negeri Malang bersama kakak mentor Modul Nusantara melanjutkan perjalanan untuk menjelajah kampung warna-warni. Kampung warna-warni terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 9 RT 9 RW 2, Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

Sebelum kampung ini menjadi destinasi wisata di kota Malang, kampung ini adalah kampung yang terlihat kumuh, dan banyak sampah-sampah bertumpuk. Melihat kondisi tersebut, sekelompok mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2016 memiliki niat untuk membenahi kampung ini. 

Kampung warna-warni ini dikenal juga dengan Kampung Warna-warni Jodipan. Keunikan kampung warna-warni ini berhasil menarik perhatikan pemerintah kota Malang dan akhirnya diresmikan oleh wali kota Malang yaitu bapak H. Mochamad Anton pada tanggal 4 September 2016. 

Dok pribadi
Dok pribadi

Kampung warna-warni ini ternayat juga pernah menjadi tempat syuting film layar lebar yaitu film Yowis Ben.Di kampung ini terdapat sebuah jembatan kaca Ngalam (dibaca Malang) yang menghubungkan kampung Jodipan dan kampung Tridi. 

Jembatan ini mulai dibangun pada tanggal 8 Juni 2017 dan selesai pada tanggal 25 September 2017 kemudian resmi dioperasikan pada tanggal 9 Oktober 2017. 

Jembatan ini memiliki warna kuning emas dan memiliki panjang 25 M dan lebar 1,25 M serta berada pada ketinggian 9,5 M. Jembatan ini mampu menampung maksimal 50 orang dan menanggung beban 250 Kg.

Kampung warna-warni kini telah berubah menjadi objek wisata yang mampu mendatangkan wisatawan lokal maupun luar. Hal tersebut tentunya merubah keadaan sebelumnya dimana saat ini masyarakat sekitar harus terbiasa dengan kedatangan orang-orang luar ke kampung mereka. 

Masyarakat juga harus mampu menerima budaya dan teknologi baru yang berasal dari orang luar, seperti dalam berkomunikasi dengan wisatawan non-jawa, dan gaya berpakaian para wisatawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun