Mohon tunggu...
Melvi
Melvi Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba untuk belajar menulis, berkarya dan memberi makna

Selalu tertarik dan berbahagia dengan hal yang berkaitan dengan buku, literasi, kreativitas dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minang Nan Rancak dan Kekayaan Khazanah Bangsa

25 September 2021   10:31 Diperbarui: 25 September 2021   10:33 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Alam nan membentang indah. Ragam kuliner yang menggugah selera. Seni budaya nan rancak. Adat dan falsafah hidup yang terjaga. Itulah Ranah Minang". 

Ranah Minang, berada di wilayah Sumatra Barat. Luas wilayah provinsi dengan ibu kota Padang ini mencapai 42.297 kilometer persegi. Sumatra Barat memiliki dataran rendah di pesisir barat pulau Sumatra dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Sejumlah pulau di lepas pantai, seperti Kepulauan Mentawai juga masuk dalam wilayah Sumatra Barat. 

Terdapat 12 kabupaten dan 7 kota di Sumatra Barat. Pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan dinamakan nagari.  Namun, di Kepulauan Mentawai, wilayah administratif tidak menggunakan istilah nagari. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk tahun 2020 mencatat jumlah penduduk Sumatra Barat sebanyak 5.53 juta jiwa. Mayoritas penduduk Sumatra Barat beragama Islam.

Alam Nan Membentang Indah 

Kondisi geografis Ranah Minang menyajikan keindahan bentangan alam yang memanjakan mata. Gunung, laut, bukit, ngarai dan danau berpadu menjadi sebuah panorama yang elok dan menjadikan Ranah Minang sebagai destinasi wisata alam yang lengkap. Sumatra Barat memiliki 29 gunung yang berada di tujuh kabupaten dan kota. Beberapa gunung yang cukup dikenal antara lain Gunung Talamau di Kabupaten Pasaman Barat, Gunung Marapi dan Gunung Singgalang di Kabupaten Agam, Gunung Sago di Kabupaten Lima Puluh Kota, Gunung Tandikat di Kabupaten Padang Pariaman, Gunung Talang di Kabupaten Solok dan Gunung Pasaman di Kabupaten Pasaman Barat.

Sumatra Barat juga memiliki beberapa danau, di antaranya Danau Singkarak, Danau Maninjau dan Danau di Atas Danau di Bawah atau Danau Kembar. Danau Singkarak yang membentang di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar bahkan tersohor sampai ke mancanegara melalui perhetalan berskala internasional, Tour de Singkarak. Danau Maninjau yang berada di Kabupaten Agam menjadi pemandangan yang indah jika dilihat dari lokasi wisata Embun Pagi dan Puncak Lawang. Danau vulkanik ini memiliki ikan endemik yang terancam punah, yaitu ikan rinuak (Psilopsis sp). Danau Maninjau juga dikenal dengan jalan berliku, Kelok 44. Danau di Atas Danau di Bawah berada di Kabupaten Solok. Danau ini disebut juga dengan nama Danau Kembar karena letaknya yang berdampingan dengan jarak hanya sekitar 300 meter.

Garis pantai yang bersentuhan dengan Samudra Hindia juga menjadikan Sumatra Barat sebagai destinasi wisata maritim yang menakjubkan. Kepulauan Mentawai terkenal sebagai salah satu lokasi surfing terbaik di dunia dan ombaknya menjadi tantangan tersendiri bagi para peselancar. Pulau Mandeh yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan menyajikan pemandangan gugusan pulau yang cantik. Pulau Mandeh semakin dikenal publik sejak kunjungan Presiden Joko Widodo. Kawasan Wisata Mandeh memiliki luas sekitar 18.000 hektar yang berada di 3 nagari dan 7 desa. Panorama alamnya meliputi pantai, pulau, hutan mangrove dan air terjun. Indahnya matahari tenggelam (sunset) dapat disaksikan saat berada di Puncak Mandeh. Pulau-pulau lain yang tidak kalah cantiknya antara lain Pulau Pasumpahan, Pulau Sikuai, dan Pulau Cingkuak  yang memiliki pasir pantai berwarna putih dan tekstur yang lembut.

Panorama alam yang disuguhkan Ngarai Sianok, Lembah Harau, dan Lembah Anai dengan air terjun yang dapat dilihat dari tepi jalan raya dari Kota Padang menuju Kota Bukittinggi, melengkapi indahnya pesona alam Ranah Minang.

Ragam Kuliner yang Menggugah Selera

Siapa yang tidak mengenal masakan Padang atau restoran Padang dengan citarasanya yang pedas? Masakan Padang dapat ditemui hampir di seluruh penjuru nusantara, bahkan di luar negeri. Rendang yang menjadi makanan khas Ranah Minang, dinobatkan sebagai makanan paling enak di dunia. National Geographic bersama masterchef terkemuka, Gordon Ramsay dan William Wongso,  membuat liputan menarik mengenai Rendang. Liputan bertajuk "National Geographic: Gordon Ramsay Uncharted" tersebut juga menampilkan beragam kuliner dan seni budaya Ranah Minang. Selain Rendang, makanan khas dari Ranah Minang yang cukup populer adalah Sate Padang, Soto Padang, Dendeng Balado dan Dendeng Batokok, Itiak Lado Mudo, Bubur Kampiun dan Teh Talua.  

Ada tiga daerah di Tanah Minang yang memiliki hidangan sate yang khas, yaitu Padang, Padang Panjang dan Padang Pariaman. Sate Padang menjadi sebutan untuk tiga varian sate dari tiga daerah tersebut. Bahan utama Sate Padang adalah daging sapi dan lidah. Jeroan, seperti usus, paru dan jantung juga sering digunakan. Sate Padang memiliki bumbu kuah yang kental. Aroma rempah yang kuat pada kuah Sate Padang mencerminkan kelihaian orang Minang dalam mengolah bumbu.

Soto merupakan salah satu ikon kuliner Nusantara. Sejumlah daerah di Indonesia memiliki cita rasa soto yang berbeda-beda. Soto Padang berbahan dasar kuah kaldu sapi dengan irisan daging sapi yang sudah digoreng kering, bihun, perkedel kentang dan kerupuk merah. Soto Padang dihidangkan dalam kondisi panas. Aroma kaldu dan bumbu yang keluar dari hidangan Soto Padang yang panas tentu sangat menggoda dan menggugah selera.

Olahan daging sapi yang diiris tipis dan melebar dikenal dengan nama dendeng. Ada dua varian dendeng yang menjadi kuliner khas Minang, yaitu Dendeng Balado dan Dendeng Batokok. Pada Dendeng Balado, daging sapi digoreng hingga kering kemudian diberi sambal cabe merah (balado). Sedangkan pada Dendeng Batokok, daging sapi yang sudah direbus dengan bumbu dipukul-pukul sehingga dagingnya menjadi pipih. Dalam bahasa Minang, "batokok" berarti memukul. Biasanya daging sapi yang akan diolah menjadi Dendeng Batokok dipukul-pukul dengan batu ulekan. Proses ini membuat bumbu lebih meresap ke dalam daging dan Dendeng Batokok pun memiliki rasa bumbu yang kuat. Berbeda dengan Dendeng Balado yang garing (crunchy), tekstur daging pada Dendeng Batokok terasa lembut. Dendeng Batokok juga kerap dilumuri sambal cabe hijau yang diulek kasar.

Itiak Lado Mudo atau Bebek Cabai Hijau merupakan makanan khas Nagari Sianok dan Koto Gadang yang berada di kawasan lembah Ngarai Sianok, Bukittinggi. Tidak semua rumah makan atau restoran Padang menyediakan Itiak Lado Mudo, sehingga makanan ini agak sulit ditemukan. Itiak Lado Mudo merupakan makanan adat atau gulai tradisi yang biasanya disajikan pada momen-momen tertentu seperti ketika panen. Proses memasak Itiak Lado Mudo menggunakan kayu bakar agar panas di tungku lebih merata dan aroma yang dihasilkan lebih khas.   

Ranah Minang juga memiliki camilan dan minuman khas. Bumbur Kampiun dan Teh Talua.  Hidangan bubur kampiun memadukan beragam komponen, seperti bubur sumsum, bubur ketan hitam, kolak pisang/ubi, bubur kacang hijau, bubur candil dan ketan putih kukus, yang berpadu dan menghasilkan cita rasa yang legit. Bubur kampiun biasanya menjadi panganan untuk sarapan dan hidangan berbuka puasa di bulan Ramadhan.

Jika Malaysia, Singapura dan sejumlah daerah di Asia Tenggara, termasuk beberapa daerah di Indonesia memiliki minuman yang terkenal, Teh Tarik, orang Minang memiliki minuman khas tersendiri, yaitu Teh Talua atau Teh Telur. Racikan teh dengan telur ayam kampung, gula dan sedikit perasan jeruk nipis ini dipercaya memiliki khasiat sebagai penambah stamina. Teh Talua mudah dijumpai, bahkan menjadi menu wajib di lapau (sebutan untuk warung tradisional di Sumatra Barat) maupun di restoran Padang. 

Selain makanan dan minuman khas tersebut ada juga Nasi Kapau yang dari penyajian hidangannya saja sudah menggugah selera. Nasi Kapau berasal dari Nagari Kapau, Agam. Lauk atau hidangan di lapau nasi kapau diletakkan di dalam wadah besar yang disusun secara bertingkat di meja besar. Penyajian hidangan yang unik dengan beragam menu makanan inilah yang langsung menggunggah selera untuk segera menyantapnya. Selain penyajian, lapau nasi kapau juga memiliki menu makanan yang khas, yaitu gulai tambunsu (usus sapi yang berisi telur), rendang daka-daka, ikan mas bertelur, dendeng balado dan gulai kapau. Untuk menikmati nasi kapau bisa mengunjungi Pasar Atas Bukittinggi.  

Seni Budaya Nan Rancak

Ranah Minang juga negeri yang kaya akan seni budaya. Arsitektur rumah adat yang kokoh dan mengesankan kemegahan. Alunan alat musik yang khas. Tarian dengan perpaduan gerakan yang anggun, energik dan atraktif. Atau seni bela diri yang ditampilkan bagaikan sebuah pertunjukan nan rancak.

Rumah adat orang Minangkabau disebut Rumah Gadang. Dalam bahasa Minang, "gadang" artinya besar. Rumah yang menyerupai rumah panggung ini biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga yang dapat dihuni secara turun temurun oleh keluarga besar. Rumah Gadang dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi menjadi dua bagian, muka dan belakang. Setiap bagian dalam Rumah Gadang memiliki fungsi dan peruntukannya masing-masing. Rumah Gadang umumnya menggunakan bahan dasar kayu dengan atap yang khas seperti tanduk kerbau yang disebut gonjong. Karena itu, Rumah Gadang disebut juga dengan nama Rumah Bagonjong. Dahulu, atap Rumah Gadang menggunakan bahan ijuk yang dapat tahan selama puluhan tahun. Kini, banyak Rumah Gadang dengan atap menggunakan seng. Ciri khas lain dari rumah adat ini adalah tidak memakai paku besi, tapi menggunakan pasak dari kayu sebagai pengikat yang cukup kuat. Struktur arsitektur dan bahan yang digunakan dalam membangun Rumah Gadang membuatnya menjadi bangunan yang tahan gempa.

Kesenian dan musik tradisional masyarakat Minangkabau mendapat pengaruh dari seni dan musik Melayu. Alat musik tradisional Minang memiliki banyak jenis yang dimainkan dengan cara dipukul, digesek atau ditiup. Alat musik Minang yang cukup dikenal antara lain talempong, saluang, sarunai, rebana dan gandang. Meski zaman semakin modern, alat-alat musik ini masih terus dilestarikan dan biasanya digunakan masyarakat Minangkabau untuk mengiringi tarian adat, dimainkan secara ansambel dalam pertunjukan seni atau dalam pesta pernikahan serta acara yang berhubungan dengan agama Islam seperti Khatam Quran atau perayaan hari-hari besar Islam.

Selain alat musik, kekayaan seni budaya masyarakat Minang juga terlihat dari beragam tarian yang memadukan gerakan yang anggun, energik dan atraktif. Dalam Tari Piring misalnya. Para penari menampilkan atraksi dengan mengayunkan piring di kedua tangan mengikuti gerakan-gerakan cepat yang teratur seiring irama musik tanpa satu pun piring terlepas dari tangan. Bahkan dalam Tari Piring, para penari juga melakukan atraksi dengan menari di atas pecahan kaca. Tari Piring ditampilkan untuk penyambutan tamu terhormat, pembukaan upacara adat atau acara-acara khusus seperti di perhelatan pesta pernikahan. Tari Piring juga kerap ditampilkan di ajang promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia. Gerakan-gerakan dalam Tari Piring diambil dari langkah dalam seni bela diri tradisional masyarakat Minangkabau, yaitu silek atau silat. Masyarakat Minangkabau juga memadukan silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran menjadi sebuah pertunjukan yang khas dan rancak yang dikenal dengan nama Randai.

Adat dan Falsafah Hidup yang Terjaga

Adat Minangkabau kaya akan falsafah hidup yang mengajarkan orang Minang untuk bisa menjalani hidup dengan arif dan bijaksana. Falsafah hidup yang menjadi landasan serta pandangan hidup masyarakat Minangkabau adalah Adat Basandi Syarak, Syarat Basandi Kitabullah yang mengandung makna bahwa adat bersendikan pada syariat (ketentuan) dan syariat bersendikan Kitab Allah, yaitu Al Quran dan Sunnah. 

Alam takambang jadikan guru dan dima bumi dipijak, di situ langit dijunjung juga menjadi falsafah hidup yang terus dijaga orang Minang hingga kini di manapun mereka berada. Alam takambang jadikan guru atau dalam bahasa Indonesia alam yang terbentang jadikan guru mengandung makna bahwa alam semesta merupakan sumber kebenaran dan kearifan. Orang Minang atau umat manusia pada umumnya harus bisa belajar dari segala kejadian dan fenomena yang ada di alam. Alam menjadi guru yang paling baik dan sekolah yang paling luas.

Dima bumi dipijak, di situ langit dijunjung atau dalam bahasa Indonesia di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung mengandung makna bahwa di mana pun kita berada, haruslah mengikuti hukum adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dapat berbaur tanpa menghilangkan jati diri. Falsafah ini menjadi ideologi bagi orang Minang yang merantau untuk bisa survive dan diterima dengan baik di masyarakat. 

Minangkabau, satu etnis dari sekian banyak etnis yang dimiliki bangsa Indonesia. Sumatra Barat dengan pulau-pulau yang ada di wilayahnya hanya sebagian kecil dari wilayah Indonesia yang luas dengan lebih dari 17.000 pulau. Pesona keindahan, kekayaan kuliner, keunikan seni budaya dan kearifan falsafah hidup dari Ranah Minang menunjukkan kekayaan khazanah bangsa kita. (Melvi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun