Adat dan Falsafah Hidup yang Terjaga
Adat Minangkabau kaya akan falsafah hidup yang mengajarkan orang Minang untuk bisa menjalani hidup dengan arif dan bijaksana. Falsafah hidup yang menjadi landasan serta pandangan hidup masyarakat Minangkabau adalah Adat Basandi Syarak, Syarat Basandi Kitabullah yang mengandung makna bahwa adat bersendikan pada syariat (ketentuan) dan syariat bersendikan Kitab Allah, yaitu Al Quran dan Sunnah.Â
Alam takambang jadikan guru dan dima bumi dipijak, di situ langit dijunjung juga menjadi falsafah hidup yang terus dijaga orang Minang hingga kini di manapun mereka berada. Alam takambang jadikan guru atau dalam bahasa Indonesia alam yang terbentang jadikan guru mengandung makna bahwa alam semesta merupakan sumber kebenaran dan kearifan. Orang Minang atau umat manusia pada umumnya harus bisa belajar dari segala kejadian dan fenomena yang ada di alam. Alam menjadi guru yang paling baik dan sekolah yang paling luas.
Dima bumi dipijak, di situ langit dijunjung atau dalam bahasa Indonesia di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung mengandung makna bahwa di mana pun kita berada, haruslah mengikuti hukum adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dapat berbaur tanpa menghilangkan jati diri. Falsafah ini menjadi ideologi bagi orang Minang yang merantau untuk bisa survive dan diterima dengan baik di masyarakat.Â
Minangkabau, satu etnis dari sekian banyak etnis yang dimiliki bangsa Indonesia. Sumatra Barat dengan pulau-pulau yang ada di wilayahnya hanya sebagian kecil dari wilayah Indonesia yang luas dengan lebih dari 17.000 pulau. Pesona keindahan, kekayaan kuliner, keunikan seni budaya dan kearifan falsafah hidup dari Ranah Minang menunjukkan kekayaan khazanah bangsa kita. (Melvi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H