Mohon tunggu...
Siti Masriyah Ambara
Siti Masriyah Ambara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemimpi dengan banyak keterbatasan

Perempuan pekerja lepas yang mencintai Indonesia dengan segala dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Jejak Aktivisme Glenn Fredly

9 April 2020   15:52 Diperbarui: 9 April 2020   15:54 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seharian ini timeline dan media sosial dipenuhi ungkapan duka berpulangnya salah satu musisi kenamaan Indonesia, Glenn Fredly Deviano Latuihamallo atau lebih dikenal dengan Glenn Fredly. Saya sendiri bukan penggemar berat Glenn Fredly. Meski lagunya digandrungi kaum muda karena romantis menghujam ke hati, namun jejak aktivismenya yang membuat saya menaruh hormat. Ada ribuan musisi di tanah air namun yang peka terhadap kondisi sosial masyarakat tidak banyak, salah satunya adalah nyong Ambon kelahiran 30 September 1975 ini.

Di kalangan pegiat gerakan sosial, nama Glenn sangat populer karena dikenal dekat dan mudah untuk diajak berkontribusi mendukung beragam kampanye sosial. Beberapa jejak aktivismenya yang saya ikuti mulai dari menginisiasi petisi #SAVEARU pada tahun 2014 untuk meminta rencana Kepulauan Aru dijadikan perkebunan Tebu dibatalkan.

Glenn khawatir akan potensi kerusakan yang akan terjadi di kampung halamannya itu. Karena dari 643 hektar luas Kepulauan Aru, 500 hektar diantaranya direncanakan untuk diubah jadi perkebunan tebu. Glenn tidak tinggal diam, popularitasnya digunakan untuk menggalang dukungan publik melalui etisi itu dan berhasil. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengeluarkan pernyataan tidak akan menyetujui ratusan ribu hutan lindung diubah fungsinya.

Setahun sebelumnya, Bung Glenn juga menunjukkan solidaritasnya pada aktivis gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa di Bali. Dalam konser yang digelar di Hard Rock Caf Bali pada Oktober 2013, dengan memakai kaos bersablon tulisan "Tolak Reklamasi Bali", Glenn mendedikasikan konsernya sebagai bentuk dukungan pada anak muda Bali yang aktif dalam gerakan anti reklamasi. "Saya lihat ketulusan movement itu dari cara mereka menyampaikan pesan. Tidak terkesan menggurui. Datang dari hati. Movement itu bernama saya buka baju," katanya sebelum menyanyi dan menunjukkan kaos yang dipakainya.

PELA GANDONG, BUDAYA YANG MENGINSPIRASI AKTIVISMENYA

Kepedulian sosialnya yang tinggi terhadap beragam isu itu diawali dari kisah tragis konflik berbalut agama yang terjadi di Ambon yang bermula di tahun 1999. Glenn pulang kampung pada tahun 2002. Konflik mulai mereda namun suasana Ambon masih mencekam. Saat itu dia melihat sendiri bahwa konflik sungguh memecah persatuan yang terbangun di kota asal orang tuanya itu. Saat itu dia menyaksikan sendiri ketika turun pesawat para penumpang langsung terpecah dua, penumpang Kristen berjalan ke arah kanan dan penumpang muslim berjalan ke arah kiri.

Glenn yang menyadari bahwa budaya Pela Gandong yang dikenalnya sudah hilang di Ambon. Pela Gandong, tradisi saling tolong menolong antar masyarakat tanpa sekat agama tidak lagi dilihatnya saat itu. Konflik telah merobek ikatan solidaritas warga Ambon. Itulah yang menjadi cikal bakal keterlibatan Glenn dalam beragam aksi solidaritas dan gerakan perubahan sosial di Indonesia.

Untuk mendorong pulihnya budaya Pela Gandong yang robek karena konflik, Glenn memproduseri film "Cahaya dari Timur : Beta Maluku". Film yang berhasil terpilih menjadi film terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 2014 itu menggambarkan kuatnya keberpihakan Glenn pada kemanusiaan yang tercermin dalam cerita film mengenai kehidupan masyarakat Ambon yang bangkit merajut damai.

Melalui musik yang diciptakan atau dinyanyikannya, Glenn mengajak warga masyarakat untuk mendukung perubahan sosial yang lebih baik. Di panggung musik yang dikuasainya, Glenn menyuarakan keresahan terhadap beragam kondisi sosial yang dinilainya tidak memihak masyarakat, terutama yang terjadi di Indonesia Timur. Misalnya saat konser di event Soundrenaline dan Synchronize Fest 2019, Glenn menyuarakan keberpihakannya terhadap persoalan di Papua. Lagu favoritnya yang kerap dibawakan saat manggung adalah "Tanah Perjanjian", yang ditulisnya bersama Tony Q Rastafara.

pop.grid.id
pop.grid.id

Glenn Fredly adalah bagian dari gelombang musisi yang menggunakan platform music untuk mendorong perubahan sosial. Di berbagai negara, selalu ada artis dan musisi yang menyadari besarnya peran mereka dalam menyebarluaskan pesan kampanye perubahan melalui lirik lagu. Selain Glenn, Indonesia punya Iwan Fals yang kerap berseberangan dengan pemerintah, ada Franky Sahilatua musisi bersuara lembut pendukung penyelamatan lingkungan hidup sekaligus musisi yang menginspirasi Glenn Fredly untuk berbuat sama.

Musik adalah bahasa universal yang diyakini Glenn ampuh menjadi jembatan untuk menghubungkan pihak yang berbeda latar belakang. Musik adalah media yang dipilih Glenn Fredly untuk menyampaikan kegelisahannya atas ketidakadilan, kekerasan dan penindasan yang terjadi di negeri ini. Lirik lagu dan musiknya adalah sarana edukasi, informasi, pencerahan sekaligus menginspirasi public.

Popularitasnya digunakan untuk tujuan baik. Meski kini fisiknya tidak lagi di dunia, namun karya-karyanya akan bertahan dalam ingatan publik yang mencintainya sebagai salah satu tokoh muda yang memimpikan, mendorong dan mengupakan kondisi Indonesia lebih baik. Seperti yang disampaikannya dalam lirik lagu Tanah Perjanjian.

"Keadilan sosial semestinya terbagi rata

Tak memandang kulit, kelas bahkan bola mata

Di hadapan Illahi kita semua ini sama

Yang membedakan kita hanya dosa dan pahala

Persatuan tak tercapai dengan laras senjata

Perdamaian tak tercapai dengan secara paksa

Tanah perjanjian harusnya tertanam Pancasila

Negeriku harusnya adil sejahtera"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun