"Maaf ya, ga bisa gabung, jatah senang-senang dah habis bulan ini". Itu pesan dari seorang teman saat saya mengajak untuk makan malam bareng bersama beberapa teman lain.
Cerita 4
"Totalnya Rp 450,000,- ya bu", ujar kasir pada seorang ibu yang dari penampilannya terlihat orang berada.
"Bisa pake kupon diskon ya, mba", si ibu menyodorkan potongan kupon pada kasir.
Dari keempat contoh cerita itu, bisakah melihat perbedaannya?. Bagi saya, cerita kesatu dan kedua itu yang menunjukkan sifat pelit. Sementara ketiga dan keempat, meski mungkin bagi sebagian orang itu terkesan pelit, terutama cerita keempat dimana dari penampilannya terlihat mampu, buat saya itu justru menunjukkan sikap hemat.
Pembedanya jelas, cerita kesatu dan kedua menunjukkan bahwa pelit itu berhemat dengan cara merugikan orang lain. Mereka menahan duit keluar dari dompetnya sendiri dan menggantungkan pada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sementara yang ketiga dan keempat, mereka meminimalisir pengeluaran dengan tidak mengganggu keuangan orang lain.
1. Hemat itu cenderung mencari kualitas, pelit hanya peduli soal harga
Orang pelit fokusnya hanya pada harga, sebisa mungkin mereka hanya akan beli barang berharga paling murah meski kualitasnya buruk. Sementara orang hemat biasanya menahan diri membeli barang sampai mereka mampu membeli barang yang kualitasnya tinggi. Prinsip orang hemat biasanya,"mahal dikit asal awet".
2. Orang hemat bukan berarti tidak butuh jasa orang
Orang pelit biasanya cenderung memaksakan diri melakukan sesuatu yang bukan kemampuannya untuk menekan pengeluaran. Alih-alih membayar tukang untuk memperbaiki atap, orang pelit biasanya mengerjakan sendiri meski hasilnya buruk. Padahal, dengan mengeluarkan sedikit uang untuk membayar jasa professional, hasilnya dipastikan baik.