Tingginya harga jual gula semut yang diproduksi di Kulon Progo ini pada akhirnya memang berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan para penderes dan pengrajin gula kelapa. Jika sebelumnya hasil produksi mereka dibeli oleh tengkulak dengan harga kurang layak, setelah mendapat pendampingan dari KSU Jatirogo kondisi mereka membaik. Mereka mulai bisa memberikan pendidikan layak bagi anak-anak yang sebelumnya lebih banyak menikmati jenjang pendidikan dasar saat ini sudah mampu melanjutkan pendidikan menengah bahkan tinggi.
Kami cemas, karena…
“belum banyak anak muda di desa ini yang mau kerja jadi penderes. Kebanyakan penderes yang ada ini ya seumuran saya. Anak-anak mudanya masih seneng kerja di kota. Lebih keren katanya”, tutur Pak Ratip sambal terkekeh. Pak Ratip sendiri sudah berupaya mempromosikan profesi penderes dan pengrajin gula semut ini ke kalangan anak muda yang dikenalnya. Katanya, kenapa sih harus jauh-jauh cari uang. Lah wong, disini aja bisa kok. Kenapa harus ke kota, toh disana kerjanya jadi buruh, disuruh-suruh orang. Disini enak, katanya, jadi bos bagi diri sendiri. “Kalau mau uang ya menderes, kalau lagi malas ya ga usah, dibikin enak saja”, katanya.
Namun, segenap tantangan itu memang tidak menyurutkan semangat Pak Ratip dan kawan-kawannya. Mereka tetap semangat mengelola potensi kelapa di desanya dan menularkan kecintaan pada metode pertanian alami kepada penduduk di sekitarnya. Karena memang, kembali ke alam memang harus segera dilakukan serentak, untuk menjamin kelangsungan hidup manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H