[caption id="attachment_147411" align="aligncenter" width="300" caption="file pribadi"][/caption] Mencoba naik ketereta Bullet CH3 memang sesuatu yang mengasyikan karena beda dengan kereta sekelas Argo Anggrek sekalipun. Bagaimana tidak, perjalanan Wuhan - Guangzhou, China dengan jarak 968 km ditempuh hanya dalam waktu 3 jam 30 menit. Itupun sudah berhenti lebih dari 10 Stasiun. Dengan jarak yang sejauh itupun tiap hari ada 18 kereta bullet yang melayani rute itu. Silahkan bandingkan berapa kereta dengan Jakarta - Surabaya yang ditempuh sekitar 822 km. Sebenarnya dalam test pada 9 Desember 2009, jarak tersebut bisa ditempuh dalam 2 jam 55 menit dengan kecepatan rata maximum 394.2 km/jam. Namun kecepatan rata-rata diturunkan menjadi 313 km/jam dan kemudian diturunkan lagi menjadi 300 kam/jam setelah kecelakaan jenis kereta yang sama pada Agustus 2011. Dengan kecepatan rata-rata seperti itupun masih menjadi kereta bullet tercepat di dunia yang sebelumnya dipegang oleh keteta TGV dari Perancis dengan kecepatan rata-rata 279 km/jam (sumber: Wikipedia). Penulis naik dari stasiun Changsha South menuju ke Guangzhou. Memasuki stasiun Changsha South saja sudah langsung terkesima. Seorang rekan mengatakan, airport di tempat saya saja tidak sebesar ini. Memang bentuk stasiun di design unik seperti layaknya international airport. Stasiun dibuat luas sekaligus untuk mengantisipadi lonjakan penumpang pada tahun-tahun berikutnya. [caption id="attachment_147413" align="aligncenter" width="300" caption="file pribadi"][/caption]
Penulis sengaja mencoba naik kereta yang tarifnya lebih murah dari pesawat ini. Pertimbangan lain adalah karena waktu. Kalau naik pesawat, disamping airport jauh, harus datang paling tidak 45 menit sebelumnya untuk check in. Belum lagi harus menunggu karena sering delay. Naik kereta Bullet CH3 tidak beda dengan kereta biasa. Sepuluh menit sebelum kereta dari Wuhan tiba di di Changsha, kami diminta masuk dan turun menunggu kereta, begitu kereta datang, tidak sampai 10 menit langsung berangkat sesuai dengan jadwal. Saat kereta berjalan, kecepatan terus naik cepat dan diujung kereta terdapat layar yang menunjukkan kecepatan kereta. Dan sepanjang perjalan, penulis memperhatikan beberapa kali kereta mencapai kecepatan mendekati 350 km/jam.
Suasana kereta dan nyaman membuat kereta ini layak menjadi pilihan. Disamping itu dengan kecepatan tinggi seperti itu, suasana sangat hening dan tidak terlalu goyang. Design yang dibuat kedap suara ini membuat orang cukup berbicara dengan suara pelan tanpa harus berteriak mengimbangi suara dari luar. [caption id="attachment_147414" align="aligncenter" width="300" caption="file pribadi"][/caption] Disepanjang jalan yang sepanjang itupun, semua jalur kereta tertutup dengan pagar. Beda dengan Indonesia, sebelah jalan kereta bisa ada rumah gubuk yang tidak ada pagar sama sekali. Tidak juga terlihat persilangan antara jalan mobil dengan kereta. Jika jalan kereta di atas, maka jalan mobil akan di bawah atau sebaliknya. Semua itu tentu menghindari adanya kecelakaan. [caption id="attachment_147421" align="aligncenter" width="300" caption="file pribadi"][/caption]
Sepanjang perjalanan, penulis mulai berandai-andai. Berandai jika kereta seperti ini juga ada di Indonesia, paling tidak mengisi jadwal padat Jakarta - Surabaya. Pasti kereta seperti ini akan menjadi pilihan banyak orang karena faktor biaya terutama waktu. Semoga suatu saat kereta seperti ini bisa ada di Indonesia, bukan sekedar berandai-andai. Semoga Johan Kusmanto Artikel lain : Norman : Dipecat Koq Malah Lega www.imcmedia.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H