Mohon tunggu...
Mima Bejo
Mima Bejo Mohon Tunggu... Guru - Blackrose

Seseorang yang lapar dan haus akan ilmuMu . Prasastikan hidupmu dengan tulisan. Follow your dream they know they way. (Guru SD Al Falah Darussalam 2 ICP)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Terlena Bahasa Asing, Terusir Bahasa Daerah

17 April 2018   05:24 Diperbarui: 18 April 2018   00:25 2502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa (KOMPAS/ASWIN RIZAL HARAHAP)

Di tengah era globalisasi yang semakin pesat menguasai bahasa asing sudah menjadi kebutuhan sebagai kunci kesuksesan di masa mendatang. Selain bahasa Inggris, 3 bahasa asing yakni bahasa Perancis, Jerman, dan Mandarin merupakan bahasa yang perlu dikuasai anak untuk masa depannya, menurut studi baru yang diusung The centre for Economics and Business Research and Opinion.

Penelitian terbaru dari University of Chicago menunjukan bahwa anak-anak yang belajar bahasa asing juga akan menjadi lebih baik dalam multitasking dan kerap menjadi pembaca yang baik dibanding lainnya. Dengan menguasai beberapa bahasa asing, poin akan bertambah di pasar kerja mendatang dan membuat anak-anak Anda lebih percaya diri.

Dari kutipan sebuah media online tersebut sangatlah betul adanya. Anak-anak semakin mahir menguasai berbagai macam bahasa asing maka akan terlihat "keren" pula di mata masyarakat. Banyak dibuka tempat les atau kursus yang memfasilitasi penguasaan Bahasa asing tersebut. Dari les Bahasa Inggris, Mandarin, Perancis, Jerman, Arab dll.

Para orang tua semakin berbondong-bondong mencari sekolah yang mempunyai nilai plus bilingual dalam berbahasa agar anaknya punya bekal masa depan yang bagus di kemudian hari. Merasa bisa mengikuti arus zaman yang semakin maju adalah orang yang paling zaman nowdan ter up date. Itulah doktrin yang wajib diikuti hampir semua orang masa sekarang.

Mengapa para orang tua mendidik anak mereka seperti itu?mengutamakan bahasa asing memunahkan bahasa daerah? Dari hasil survey para wali murid di sekolah, hampir 90% tidak mengajarkan bahasa daerah karena dengan alasan yang utama mereka sendiri para orang tua juga tidak bisa berbahasa daerah. Alasan yang kedua bahasa daerah tidak terlalu penting demi masa depan mereka, karena di luar sana banyak kesempatan emas bagi mereka yang multitasking  banyak bahasa.

Dari hasil survey tersebut, menunjukkan sungguh luar biasa akan semakin terusirnya bahasa daerah bahasa ibu kita. Generasi bangsa sedikit banyak tergantung suara para orang tua kemana mereka akan membawa anaknya. Dalam tiap wilayah para Gubernur sudah membuat pergub tentang bahasa daerah, sebagai contoh Peraturan Gubernur Jawa Timur no 19 tahun 2014 tentang pelajaran muatan lokal (mulok) wajib diajarkan tiap-tiap sekolah. 

Hal ini dibuat semata-mata untuk melestarikan bahasa daerah khususnya bahasa jawa. Pemerintah daerah pun gencar memasukkannya dalam kurikulum pendidikan. Sudah sedikit solusi membuka jalan cerah bagi bahasa daerah bagaimana dengan penerapannya sehari-hari apakah sudah diaplikasikan, di mana sebagai bentuk pembuktian kita bicara kita melestarikan.

Bertambah tercengang lagi ada berita yang yang dilansir dari Jakarta Post, bahwa 139 bahasa daerah terancam punah dari 617 bahasa yang diidentifikasi Badan Bahasa. Salah satu penyebabnya adalah sudah banyak yang jarang memakai bahasa daerah dalam percakapan sehari hari.

Sebagai orang jawa tulen saya merasa sangat miris melihat fenomena yang benar terjadi saat ini. Dengan berusaha sekuat tenaga saya sebagai guru dalam dunia pendidikan saya tetap mengenalkan Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah yang wajib diketahui dan dipraktek bicarakan oleh anak-anak. Entah mereka merasa cangung, kikuk, ndeso, tidak kekinnian tak apa yang terpenting mereka mencoba dahulu. 

Dengan dikemas sedemikian rupa seperti ada pekan bahasa di mana mereka seharian bicara bahasa jawa meskipun mix dengan Bahasa Indonesia. Dibuat lagu gubahan agar mereka bisa menghafal dengan cepat kosa kata bahasa krama yang merupakan bahasa halus (sopan) di strata bahasa jawa.

Seperti salah satu lagu bahasa krama dengan nada lagu becak-becak di bawah ini:

Mangan iku dhahar
Ngombe iku ngunjuk
Adus iku siram
Turu iku sare

Lungo iku tindhak
Nggawa iku ngasta
Muleh iku rawuh
Tuku iku tumbas
Dari hanya sekelumit lagu tersebut sudah luar biasa antusias respon anak-anak, di luar dugaan mereka semakin sulit mencoba mnegucap logat yang benar semakin tertantang mereka bukan malah semakin mundur. Taruhlah ada murid saya yang bernama Amanda, dia gadis kecil yang bermata coklat orang jawa tulen cuma tinggal di negara Inggris hampir 5 Tahun di sana. Apa yang dia rasa setelah belajar Bahasa jawa, dia sangat kaget dan terbelalak,

 "Oh my God there are so many languanges in Indonesia, actually Javanese there are level when we are speaking based on the person we will meet."

Akan tetapi dia berusaha keras tetap mau belajar Bahasa jawa bukti kecintaanya kepada Indonesia. Amanda salah satu murid "mantan" murid asing aja sangat menghargai bahasa jawa, karena menurut dia bahasa jawa adalah bahasa yang paling keren karenA ada tingkatan unggah ungguh. Beda usia seseorang beda tingkatan bahasanya. Bahasa kalangan muda dan seumuran berbeda jauh dengan bahasa orang sepuh (lebih tua). 

Dia juga berpendapat berarti harusnya yang lebih susah dan patut dipelajari adalah bahasa jawa, karena melatih kita untuk punya kosakata yang banyak dan luwes tentunya. Bahasa jawa yang merupakan hanya pelajaran muatan lokal dan hasil belajar identik tidak memuaskan, maka hal itu salah. Nilai anak-anak lebih bagus dari pelajaran Bahasa yang lain dan sangat menanti pelajaran muatan lokal tersebut.

Dari sinilah kita sebagai tenaga pendidik, orang tua dan masyarakat  mempunyai andil yang cukup besar dalam melestarikan kearifan lokal salah satunya adalah bahasa daerah. Agar anak-anak sebagai generasi penerus bisa melihat, mencontoh, dan mau mempraktek bicarakan dalam kehidupan sehari hari. 

Utamakan Bahasa Indonesia, lestarikan Bahasa Daerah, dan kuasai Bahasa asing.

dok. pribadi
dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun