Ada diantara kita menjadi menulis sebagai hoby, iseng atau pengisi waktu senggang atau sebagian lagi menjadikan menulis sebagai profesi. Tak ada bedanya sebenarnya, meski yang profesi lebih menekuni secara serius. Tapi ketika kritisi masuk, mau tak mau kita akan berusaha untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Ya meski awalnya mungkin ada perasaan misah misuh nggak terima, tetapi nantinya ada perasaan tertantang untuk membuktikan tulisannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Jadi kayak tantangan buat diri sendiri, gitu!
Berkata jujur dengan adanya faktor kedekatan mungkin sulit tapi tak ada salahnya jika kita memang berniat untuk kebaikan orang lain.
Well pertanyaannya, siapkah kita  mengkritisi dan dikritisi?
Â
Lampung, Februari 2016
[ISL]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H