“Iya.” Sahutku gusar sembari beranjak dari kursi. Aku melangkah gontai meninggalkan kelas. Dalam hati aku mengumpat. Ck, sialan!
Benar- benar hari yang menyebalkan!
Kuhela nafas panjang sebelum akhirnya merogoh ponsel yang kuletakkan di dalam tas. Aku mendesah, masa iya aku harus menelepon mama dan menyuruhnya kemari. Kemarin saja aku sudah melarangnya untuk datang. Tapi kalau mama tidak kemari, siapa pula yang akan mengambil raporku.
Papa? Ih sama saja, meneleponnya akan berujung pada kata- kata. “Papa sibuk, Run. Sama mama saja!”
Argh, aku mengerang frustasi. Bagaimana ini? Pulang tanpa rapor juga akan mengundang kecurigaan mama.
“Aruna!” Aku menoleh dan mendapati lima orang teman sekelasku berjalan menghampiriku.
“Rapor lo mana?”
“Eh, nyokap lo nggak datang ya?”
“Yah nggak seru dong, Run!”
“Nyokap lo sibuk banget ya sampe nggak sempat datang, Run.”
“Telepon gih Run, biar dia datang. Mami gue bisa kecewa nyokap lo nggak datang.”