Mohon tunggu...
Imas Siti Liawati
Imas Siti Liawati Mohon Tunggu... profesional -

Kunjungi karya saya lainnya di www.licasimira.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cantik, Intelek Tapi...

17 Januari 2016   09:18 Diperbarui: 17 Januari 2016   11:58 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gambar diambil dari tikman9jkt.blogspot.com"][/caption]

Dia cantik. Muda. Menarik. Menilik dari gaya dan penampilannya jelas ia bukan dari kalangan menengah ke bawah. Sedikit mencuri dengar obrolan antara dirinya dengan orang yang berada di sebelahnya  entah saudara atau teman, yang pasti bisa disimpulkan dia terpelajar. Mengenyam pendidikan di salah satu kampus di negeri ini.

So, cantik dan intelek. Kombinasi yang pas!

Tapi tunggu…

Kapal hendak berlabuh. Tiba- tiba terjadi antrian mendadak di depan toilet wanita. Maklum sebelum melanjutkan perjalanan kembali, kandung kemih dipastikan tak lagi menahan urine yang bisa berakibat keadaan tak nyaman.

Dan  semua baik- baik saja hingga dia tiba. Tanpa basa- basi nyelonong masuk ke dalam toilet yang baru saja digunakan. Padahal di belakangnya berderet beberapa wanita yang sedari tadi menunggu dengan sabar.

Well, musnah sudah penilaian. Apalah arti cantik dan intelek jika etika dan tata krama tak  dimiliki.

Pengalaman diatas saya yakin tak hanya saya yang mengalaminya. Bukan hanya dengan subjek wanita cantik dan muda, mungkin juga lelaki. Tak peduli dia ganteng, muda atau juga tua tetap saja yang namanya menyerobot antrian bikin dongkol plus jengkel tak berkesudahan.

Nggak cuma menyerobot antrian, di lain waktu ada pula  orang yang berkata kasar dengan yang lebih tua, menjawab sinis jika ditanya atau menemukan anak muda yang asyik duduk di dalam bis sambil bergadget ria padahal di depannya berdiri seorang kakek/nenek yang tengah berdesakan diantara penumpang lainnya.

Hemm, semakin lama sikap acuh dan tak peduli sekitar makin terasa. Kalau dulu masyarakat perkotaan yang terkenal dengan sifat individualisnya kini warga desa juga tak mau kalah. Maka bersyukurlah orang- orang yang masih bertemu orang- orang baik dan beretika di sekitarnya. (ISL)

#instropeksidiri

Lampung, 17 Januari 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun