Adrian menoleh lalu mengangguk perlahan membuat mata Mayang membulat seketika. “Seriusan lo? Ada apaan? Tuh cewek udah punya cowok ya? Ish lo ini perkara dia punya cowok abaikan saja, yang penting lo ungkapin aja perasaan lo.” Cerocos Mayang tak henti.
“Emang penting?”
“Apaan?” Kedua alis Mayang bertaut bingung.
“Ngungkapin perasaan kata lo tadi.” Ujar Adrian lirih, “Emang nggak cukup dengan sikap dan tindakan gue yang perhatian sama dia.”
“Ck, Dri. Gue kasih tahu ya cewek itu butuh kepastian. Butuh kata- kata jelas. Bahasa tubuh sama kode- kode itu sulit dipahami. Bisa dibilang PHP doang kalau sampe nggak ngomonglah.”
“Oh.” Mulut Adrian membulat. Kepalanya mengangguk paham. Sepertinya rencananya harus tetap dilaksanakan. Mengatakan apa yang dirasakannya.
“Kenapa, Dri? Sulit banget ya?” Adrian mengangguk lemah.
“Semakin sulit karena cewek yang lo suka sahabat lo sendiri kan?” Adrian terhenyak kaget. Bola matanya membulat seketika.
“Gue tahu kok lo suka sama gue.” Mayang menyeringai, “Oh bukan tepatnya cinta sama gue.”
APA!!
-end-