“Hah!” Adrian tergagap.
“Yak, bengong dia. Buruan pesen makanan! Nih mbaknya udah nungguin.”
Seketika Adrian tersadar. Ia meringis. Terlalu bingung dengan sikap Mayang membuatnya tak sadar jika seorang wanita berseragam biru muda telah berdiri di samping mejanya. Ia pun segera meraih buku menu yang disodorkan Mayang lalu menyebutkan pesanannya.
“Jadi lo ngajak gue ketemuan kenapa?” Tanya Mayang sesaat setelah kepergian pelayan dari hadapan mereka.
“Lo bilang penting banget lagi.”
“Eh gue…,” Adrian menghela nafas berat. Dalam hati menyakinkan tindakan yang akan dilakukannya adalah benar. Bukan kesalahan yang kelak akan disesalinya.
“Gu..gue mau bilang sesuatu?”
“Soal?” Selidik Mayang cepat.
“Soal…,” Lagi- lagi Adrian menghentikan kalimatnya. Gugup jelas melanda dirinya. Ck, padahal dia sudah berlatih untuk mengatakan hal itu tetapi tetap saja hari ini kerja mulut dan otaknya tak sinkron. Apalagi saat matanya beradu pandang dengan mata milik Mayang, bibirnya makin kelu. Kaku.
“So…soal..” Adrian menarik nafas dalam- dalam lalu menghembuskannya perlahan. Mencoba menormalkan keadaan. “Soal cinta.”
“Cinta? Maksudnya apaan? Lo lagi jatuh cinta? Akhirnya Ya Tuhan, sahabat gue jatuh cinta juga. Alhamdulillah ternyata dia normal.”