Mohon tunggu...
Imas Siti Liawati
Imas Siti Liawati Mohon Tunggu... profesional -

Kunjungi karya saya lainnya di www.licasimira.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menara Siger, Menarik Tapi Kini Kurang Apik

26 September 2015   04:25 Diperbarui: 26 September 2015   08:52 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="*dok pribadi"][/caption]

Bagi tiap orang yang menggunakan jalur angkutan laut di Selat Sunda pasti mengetahui keberadaan menara Siger. Bangunan tegak menjulang yang berada diatas bukit. Berwarna kuning dengan bentuk seperti tanduk yang terdiri dari tujuh lekuk yang disebut Siger. Siger sendiri merupakan icon khas dari tanah jurai yang biasa digunakan sebagai hiasan kepala untuk pengantin perempuan. Menara ini memang akan terlihat jelas ketika kapal akan bersandar di pelabuhan Bakauheni, Lampung.

Menara Siger diresmikan pada 30 April 2008 oleh Gubernur Lampung saat itu Sjachroedin ZP . Keberadaannya memang menjadi magnet daya tarik wisata. Banyak pengunjung khususnya warga lokal yang menjadikannya sebagai tempat melepas penat. Bahkan beberapa event daerah juga sering diadakan di sini.

[caption caption="Tahun 2009 *dok.pribadi"]

[/caption]

Pertama kali saya datang ke menara Siger sekitar tahun 2009 bersama teman- teman . Saat itu masih di hari lebaran Idul Fitri jadi ya cukup ramai. Saat itu saya langsung terkesan dengan pemandangan- pemandangan cantik yang bisa dilihat dari pelataran menara. Sejauh mata memandang kita dihadapkan keelokan selat sunda. Subhanallah… Keren!!

Tapi tahun- tahun selanjutnya saya hanya mengagumi bangunan tersebut saat mudik saja. Setiap kapal hendak merapat, menara siger memang tampak luar biasa kokoh. Okey, Iam home. Sejujurnya jarak menara Siger dari rumah saya juga nggak jauh- jauh amat, cuma karena saya tipe orang rumahan yang malas kemana- mana kalau sudah di rumah jadilah bertahun- tahun saya tak pernah kemari.

Tapi kemarin saya ke menara Siger loh. Hehehe…

[caption caption="*dok pribadi"]

[/caption]

Sepi, itu kesan yang pertama saya tangkap. Mungkin karena memang tak ada momen special. Hari biasa lah. Kabarnya kalau Idul Fitri atau Tahun Baru yang memang selalu ada event khusus jadi pasti ramai. Berada di sisi luar menara kita disambut angin semilir yang menyejukkan meski cuaca terik sekalipun (FYI Lampung lagi panas banget euy!)

[caption caption="*dok pribadi"]

[/caption]

[caption caption="*dok pribadi"]

[/caption]

Sebenarnya yang bikin takjub itu pemandangannya. View dan spot- spot menarik. Laut biru yang tenang dengan beberapa kapal terlihat diantaranya, bikin adem aja. Wets… jangan lupa dong foto=foto dong.

[caption caption="*dok pribadi"]

[/caption]

[caption caption="*dok pribadi"]

[/caption]

[caption caption="*dok pribadi"]

[/caption]

Sayang beribu sayang seperti umumnya tempat wisata lain di Indonesia, Menara Siger juga berurusan dengan tangan- tangan jahil dan kurangnya pengelolaan dari dinas terkait. Coretan- coretan tak jelas memenuhi beberapa dinding terutama dinding yang berada di atas. Selain itu juga ditemukan beberapa bangunan rusak, cat mengelupas, serta sampah yang dibuang sembarangan. Ya elah, sayang bangetlah…..

[caption caption="*dok pribadi"]

[/caption]

[caption caption="*dok pribadi"]

[/caption]

Padahal kalau semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah sama- sama menjaga dan mengelola tempat ini dengan baik, bukan tak mungkin akan banyak wisatawan yang mengunjungi Menara Siger. Dan akan benar- benar menjadi kebanggaan masyarakat Lampung.

Yah mudah- mudahan saja. I hope so, apalagi bentar lagi kan pemilu......

(ISL)

Lampung, 25 September 2015

[caption caption="*dok pribadi"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun