Saat ini rumah sakit ibarat rumah kedua bagi saya. Hampir tiap pekan saya bolak balik ke RS. Bahkan bulan lalu saya dua kali merasakan “menginap” disana. Untuk waktu yang tidak ditentukan (sampai total sembuh), sepertinya rutinitas RS akan menjadi hal yang biasa saya lakukan. Tapi kali ini saya bukan ingin bercerita tentang sakit yang saya alami, justru cerita tentang orang lain.
Kali kedua saya menginap di RS, saya cukup dibuat kagum dengan seorang bapak yang sangat telaten dan sabar merawat sang istri. Istrinyamengidap penyakit tulang hingga membuatnya tidak dapat bangun dari tempat tidur, untuk menghadap kanan kiri saja sulit. Serta baru menjalani operasi kanker payudara dan kemotrapi yang pertama. Bisa dibayangkan keadaan sang ibu? Namun Si bapak dengan sangat telaten menyuapi, menemani serta mendampingi sang istri, Sampai urusan BAK, BAB juga bapak itu sendiri yang mengurusi. Waw,,,
Mengurus orang sakit itu tidak mudah, butuh ekstra kesabaran. Apalagi pasien dengan penyakit berat. Makanya biasanya… biasanya ya, bila dalam keluarga si ibu yang sakit maka anak perempuan atau saudara dari perempuanlah yang akan merawat. Kejadian ini kali pertama saat saya masuk RS. Seorang ibu yang satu ruangan dengan saya, adik dan saudara kandungnyalah (perempuan) yang dari kampung khusus didatangkan untuk merawatnya selama di RS.
Bukan meremehkan peran laki- laki, namun sangat jarang saya temui seorang laki- laki yang mau merawat orang sakit, walaupun itu istri bahkan ibunya sendiri. (Sangat jarang bukan berarti tidak ada ya…. Hehe. Selain karena factor bekerja, pihak laki- laki juga kurang sabar juga. Deuuuu… apalagi berurusan sama pasien yang tingkat frustasinya rendah serta pesimis, bisa jadi saling sewot!!
Dulu saya pernah membaca kisah tentang laki- laki yang setia merawat istrinya yang terkena stroke, tak melewatkan waktu sedikitpun menemani sang istri bahkan makan siangpun ia memilih pulang ke rumah. Kesetiaannya membuat banyak orang berdecak kagum, dan kemarin saya melihat sendiri lelaki yang ikhlas dan sabar merawat pasangan, tak mengeluh, optimis bahkan sempat memberikan semangat agar saya kuat dan sabar menghadapi penyakit. Salut, Pak!
Satu hal yang pasti, yang paling dibutuhkan oleh pasien/orang sakit adalah dukungan dari keluarga. Kudu! Yah kalaupun tidak bisa telaten merawat di setiap detiknya, minimal terus memotivasi dan member semangat serta berdoa untuk kesembuhan pasien.
Lam-sel, 5 okt 2014
Nb. Selamat hari raya Idul Adha 1435H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H