Etika Dalam Berihram
OLeh: Imas
Ihram merupakan niat ketika  mulai menjalankan ibadah haji atau umrah.
Sudah kita ketahui bahwasanya amalan ibadah baik sunah maupun wajib tersebut ada adab atau etikanya agar ketika ibadah yang kita kerjakan tidak menjadi sia-sia (diterima Allah SWT).
Ihram merupakan  rukun pertama yang menjadi syarat bagi seseorang yang hendak melaksanakan ibadah haji.
Berihram juga merupakan langkah awal yang sangat amat penting dalam menjalankan ibadah haji. Ketika memasuki ihram, seorang muslim harus memperhatikan etika apa saja  yang telah ditetapkan. Hal ini juga termasuk niat yang jelas dan tulus, memakai pakaian ihram yang sederhana, serta menahan diri dari segala bentuk perilaku dan perkataan yang tidak pantas. Sikap rendah hati, kesabaran, dan kesungguhan juga merupakan bagian dari etika berihram, karena dengan itu seseorang menunjukkan pengabdian dan keseriusannya dalam mengikuti jejak para haji yang terdahulu.
Selanjutnya contoh ibadah wajib seperti haji pun ada adab dan etikanya.
Lalu apa saja etika dalam berihram yang perlu kita ketahui?
Mengutip dari kitab "Fiqih Wanita"  Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah menjelaskan bahwa ada empat etika dalam menjalankan ihram yang telah ditetapkan  islam yaitu:
1. Kebersihan. Kebersihan ini dilakukan melalui mandi, wudhu, memotong kuku, mencukur ketiak dan bulu kemaluan serya menyela-nyela rambut kepala dengan air. Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu mengatakan: "Disunnatkan untuk mandi jika hendak masuk ke kota mekkah." (HR. Al-Baazar, Daaruquthni dan Al-Hakim). Mandi ini diniatkan dengan niat mandi ihram.
 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Shalallahu Alihi Wasallam pernah bersabda : " wanita yang sedang nifas dan haid, hendaklah mandi lalu berihram dan melaksanakan seluruh manasik haji, kecualai berthawaf mengelilingi ka'bah" (HR. Ahmad,Abu Dawud dan Tirmidzi). Bagi wanita muslimah yang dalam keadaan haid atau nifas diperbolehkan mandi dan berihram serta mengerjakan seluruh manasik, kecuali berthawaf.
Penjelasan diatas menekankan pentingnya mandi saat menjalankan ihram dan saat memasuki kota mekkah. Dalam islam kebersihan memiliki peran sangat penting dan dianggap sebagai sebagian dari iman. Menjalankan kebersihan sebelum melakukan ibadah haji  mencerminkan persiapan fisik dan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini juga menunjukan penghormatan terhadap tempat-tempat suci seperti mekah dan ka'bah .
Adapun hadis yang menyebutkan wanita yang sedang haid dan nifas  dapat dianjurkan untuk mandi dan berihram menunjukan keringanan dalam syariat islam yang dimana wanita tetap dapat ikut serta dalam sebagian manasik haji meskipun dalam kondisi haid atau nifas, kecuali melakukan tawaf.
2. Tidak boleh mengenakan pakaian yang berjahit, akan tetapi ia harus memakai pakaian ihram yang telah ditentukan.
Larangan mengenakan pakaian yang berjahit, berpegang teguh pada prinsip-prinsip kesetaraan, kesederhanaan dan kekhusyukan seseorang dalam beribadah haji dan umrah.
Dalam kondisi ihram wajib bagi laki-laki mengenakan dua helai kain ihram tanpa jahitan satu untuk menutupi bagian bawah tubuh dan satu untuk bagian atas, sedangkan wanita boleh menggunakan pakaian biasa yang menutupi seluruh tubuh asalkan bukan pakaian berjahit yang ketat yang dapat memperlihatkan lekuk tubuh.
Dalam etika ini dapat memperkuat makna mendalam dari beribadah haji dan umrah yaitu kesederhanaan, kesetaraan dan fokus pada ibadah, dan dapat menjauhkan dari segala atribut duniawi yang bisa mengalihkan dan tujuan utama dalam beribadah.
Etika dalam memakai wewangian. Diperbolehkan bagi wanita muslimah memakai wewangian. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha dimana ia menceritakan : "Kami pernah pergi bersama Rasulullah ke makkah maka kami mengolesi dahi kami dengan minyak kasturi ketika berihram. Apabila salah seorang dari kami berkeringat, maka mengalir minyak ini ke wajahnya. Lalu hal itu diketahui oleh nabi dan beliau tidak melarangnya". (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Dalam islam memakai wewangian seperti minyak kasturi itu diperbolehkan bagi wanita muslimah bahkan saat berihram. Hadits yang diriwayatkan Aisyah Radhiyallahu Anha memperkuat hal ini dengan menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak melarang wanita memakai wewangian ketika berihram. Dengan hal ini menandakan adanya keleluasaan dalam aturan ihram yang menghargai kebersihan dan kenyamanan pribadi saat melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Mengerjakan shalat dua raka'at. Yaitu, dengan niat mengerjakan shalat sunnat ihram. Setelah membaca Al-Fatihah pada raka'at pertama, lalu membaca surah Al-Kafirun. Pada raka'at yang kedua membaca surah Al-Ikhlas. Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu mengatakan: "Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan dua ruku' di dzulhalifah" ( HR. Muslim).
Etika mengerjakan shalat dua raka'at bahwasanya menunjukan persiapan yang sangat mendalam dan kefokusan seseorang sebelum memulai rangkaian ibadah haji dan umrah, serta memperkuat niat dan keikhlasan dalam melaksanakan ibadah. Â
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwasanya saat melaksanakan ihram perlu etika dan adab agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Dalam ihram ini juga menunjukan kesederhanaan, dan kesetaraan kita dengan sesama muslim lainnya dan memfokuskan diri dalam beribadah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H