Apa kabar nih sahabatku bapak/ibu guru hebat yang saat ini sedang sibuk mengolah nilai bukan? Semoga selalu sehat dan diberi kekuatan dalam memberikan pertimbangan nilai untuk anak didik kita.
dokpri
Mengolah nilai untuk kemudian diinput ke raport cukup menguras tenaga dan pikiran guru. Dalam mengolah nilai, guru sering dihadapkan dengan dilema. Di sisi lain ingin peserta didiknya mempunyai nilai melebihi batas KKM, sementara nilai sebenarnya di bawah KKM. Apakah ada dilema etika dalam memberikan nilai kepada peserta didik. Apa itu dilema etika? Yuk, kita simak lebih mendalam.
Pada dilema etika terdapat dua nilai kebajikan yang bertentangan atau disebut benar dan benar. Dalam memberikan nilai tentu saja ada banyak pertimbangan kita terhadap proses pembelajaran yang dilalui oleh anak didik kita selama satu semester. Kita tidak bisa menilai mereka dari aspek kognitif saja bukan? Afektik, psikomotor juga tentu kita perhatikan sebagai bahan pertimbangan kita dalam mengambil keputusan. Hal yang serupa sering saya alami. Ketika ada murid yang  memperoleh nilai secara kognitif kurang ternyata dia mempunyai nilai lebih pada aspek psikomotornya. Ada anak yang kurang menguasai materi  matematika  tapi ketika melakukan tugas praktik ia lebih cepat menguasai.  Ada juga siswa yang kurang pada aspek kognitifnya, tapi memiliki nilai lebih pada aspek afektifnya.Â
Okeh.. kita lanjut ke dilema etika, ya...Terdapat 4 paradigma dilema etika, diantaranya:Â
1) Individu lawan kelompok
2) Rasa keadilan lawan rasa kasihan
3) kebenaran lawan kesetiaan
4) Jangka pendek lawan jangka panjang
Yuk, kita bahas satu persatu...
Pertama, individu lawan kelompok. Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Paradigma ini, bisa juga berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil lawan kelompok besar.Â
Kedua, rasa keadilan lawan rasa kasihan. Dalam paradigma ini, pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang.
Ketiga, kebenaran lawan kasih sayang. Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
Keempat, jangka pendek lawan jangka panjang. Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain lain.
Nah, setelah kita menyimak sekilas tentang dilema etika. Bagaimana dengan bapak ibu dalam mengambil keputusan terhadap pertimbangan nilai peserta didik kita?
Dilema etika yang manakah yang sering bapak/ ibu guru alami?
Yang jelas bahwa dalam pengambilan keputusan harus berpedoman pada 3 (tiga) dasar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran  yaitu selalu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dan tentu saja dapat dipertanggungjawabkan.Â
Salam persahabatan
Salam literasi