Mohon tunggu...
imas hanifah
imas hanifah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih berstatus pelajar, ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Rei dan Gelang Misteri

18 Oktober 2013   12:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:22 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Imas Hanifah No. 379

Rei melihat jam dinding. Tepat pukul 07.00 ia bergegas menghabiskan sarapannya. Ibu dan ayahnya yang melihat tingkah anak satu-atunya itu, hanya bisa tersenyum kecil.

"Ma, Pa, Rei berangkat dulu,"

itulah kata-kata yang setiap hari diucapkan Rei ketika ia selesai berpamitan dengan mencium tangan ayah dan ibunya. Rei sudah terbiasa berjalan kaki untuk pergi ke sekolah. Karena, selain jaraknya yang tidak terlalu jauh, ia selalu ingin menemukan sesuatu yang baru disetiap perjalanannya menuju sekolah.

Hari ini, jalanan tampak sangat sepi. Tak ada satupunmanusia yang ia lihat untuk sekedar lewat atau berjalan-jalan. Tapi kemudian, Rei menghentikan langkahnya. Ia baru tersadar bahwa ia sama sekali belum menempuh setengah dari perjalanannya. Jalan yang biasa ia lewati itu semakin panjang dan terus bertambah panjang. Rei berlari sekuat tenaga sampai nafasnya hampir habis. Tapi sia-sia saja, tak ada yang berubah, ia tetap berada di tempat yang sama, berpijak pada aspal jalan yang sama. Rei mulai ketakutan. Ia mersakan keringatnya bercucuran, kakinya gemetar, dan jantungnya berdegup sangat kencang.

Tiba-tiba, disertai angin yang sangat kencang, ada sesuatu yang jatuh dari atas langit. Rei melihat sebuah gelang karet warna hitam tepat dihadapannya. Sekilas memang terlihat seperti karet gelang biasa hanya saja, ukurannya sedikit lebih besar dan Rei dapat melihat jelas pada gelang itu, terdapat simbol-simbol yang berkilauan, cahayanya berwarna biru muda. Rei mengambil gelang tersebut dan merasa tertarik untuk memakainya. Setelah memakai gelang itu, seketika simbol-simbolnya pun lenyap dan gelang itu kini benar-benar terlihat seperti karet gelang biasa.

Rei melihat sekitar, menggelengkan kepalanya berkali-kali. Semuanya, orang-orang yang biasa ia temui di jalanan terlihat berlalu lalang. Begitu juga, dengan kendaraan dan para pedagang. Ya, semuanya ada. Rei merasa heran dengan apa yang terjadi. Di dalam pikirannya muncul berjuta tanya yang tak berhingga.

Tiba di sekolah, ia masih tak bisa berkonsentrasi. Ia sangat penasaran dengan apa yang dialaminya tadi pagi. Sejak ia masuk, sampai pelajaran berakhir, Rei tak pernah berhenti memandangi gelang misterius yang ia temukan di jalanan yang kini melingkar tepat di pergelangan tangannya.

"Rei, ada apa sih, kok bengong terus dari tadi?" Tanya Ifan, sahabatnya.

"Gak da apa-apa kok Fan, hehe" Balas Rei dengan sedikit terbata-bata.

"Ayo dong Rei, cerita!" Desak Ifan.

Rei yang didesak Ifan untuk bercerita, akhirnya mau mengungkapkan kejadian yang ia alami.

Rei bercerita panjang lebar dari A sampai Z, ia tak melewatkan satu halpun yang membuat Rei bertanya-tanya samapai sekarang. Ifan yang mendengar cerita Rei dari awal sampai akhir hanya mengangguk dan menggaruk-garuk kepalanya.

"Gimana Fan menurut kamu, yang aku ceritain ini kejadian apa? aneh bukan?"

"Aneh banget Rei, tapi tadi itu kamu lagi cerita film atau dongeng?"

"Ifan, ini nyata!!!" Teriak Rei dengan mata yang melotot.

"Hahahahaha" Tiba-tiba, Ifan tertawa terbahak-bahak.

"Lho, kok ketawa Fan? ada yang lucu?" Tanya Rei keheranan.

"Ah, kamu bisa aja kalo bercanda, udah ah kita pulang yuk!"

Sekarang, giliran Rei yang garuk-garu kepela. Ia kecewa Ifan tak mempercayai ceritanya.

Rei berjalan di jalan yang sama seperti tadi pagi. Ia melangkah sangat pelan dan matanya mengawasi setiap inchi dari jalanan. Keadaannya normal-normal saja, orang-orang berlalu lalang, anak-anak bermain, semuanya sama, tidak ada yang aneh. Kemudian, Reihan teringat dengan gelangnya. Iapun mencoba melepasnya. Dan, benar saja, semua orang menghilang. Kemudian, Rei memakai kembali gelangnya, dan keadaanpun kembali seperti semula, orang-orang terlihat lagi. Rei terus melakukan hal itu berulang-ulang sampai akhirnya, ia yakin bahwa penyebab semua kejadian aneh yang dialaminya berasal dari gelang tersebut. Tapi, kenapa?

***

Pagi yang cerah, matahari bersinar terang. Tapi Rei terlambat bangun, ia tidak peduli dengan ayam yang berkokok dan teriakan ibunya yang menyuruhnya untuk bangun. Saat Rei terbangun, ia sangat kaget dan langsung bergegas memakai baju seragam tanpa mandi pagi terlebih dulu.

"Ma, Pa, Rei berangkat dulu!" Teriak Rei sambil berlari keluar rumah.

"Tunggu dulu Rei, ini sarapannya!" Sahut ibunya sambil mengejar Rei.

Rei berhenti sebentar, kemudian memasukkan kotak makanannya ke dalam tas dan menenteng sebotol air minum yang diberikan ibunya. Masih di jalanan yang sama. Rei kembali teringat kejadian kemarin. Tapi,  suasana sangat sepi sekali, padahal gelang itu masih dipakai. Tak pernah terlepas dari tangannya.

Tiba-tiba, seorang kakek tua menghampiri Rei yang tengah kebingungan dan bicara dengan suara menggema.

"Nak, kekuatan jahat telah membuat orang-orang di bumi menghilang, hanya orang terpilih yang ditakdirkan bisa menggunakan gelang itu"

"Tapi kek, bagaimana caranya?"

"Simbol-simbol itu akan memberitahumu"

Dalam waktu sekejap, si kakekpun menghilang, langit menjadi mendung dan gelap. Tak berapa lama, muncullah tiga raksasa berwarna hijau. Mata mereka bulat besar, dan mulut-mulutnya menganga lebar. Mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat. Rei menutup hidungnya rapat-rapat, tapi bau busuknya masih tercium.

Ketiga raksasa itu mendekati Rei. Rei ketakutan dan bingung, tapi kemudian ia merasakan gatal di pergelangan tangannya. Dan ketika Rei melihat gelangnya, simbol pertama muncul, trlihatlah simbol itu berbentuk botol. Kemudian Rei ingat dengan sebotol air yang ia pegang sedari tadi. Iapun membuka tutup botol dan melemparkannya pada salah satu raksasa. Dengan ajaib, air itu menghancurkan satu raksasa. Rei meras sedikit tenang, tapi kedua raksasa masih terus mendekatinya. Rei melihat simbol kedua, berbentuk roti. Reihan dengan cepat membuka kotak makannya dan melemparkan roti ke arah raksasa. Akhirnya, raksasa keduapun lenyap. Giliran raksasa yang ketiga, simbol terakhir berbentuk gayung. Awalnya Rei tidak mengerti, tapi ia ingat bahwa sebelum berangkat, ia tidak mandi pagi. Rei kemudian membuka bajunya dan mengibas-ngibaskannya ke arah si raksasa. Raksasa itupun pingsan, lama-lama semakin mengecil dan akhirnya hilangbegitu saja. Bersamaan dengan lenyapnya raksasa terakhir langit kembali cerah dan orang-orang kembali seperti semula. Rei tersenyum lega. Ketika ia melihat tangannya, gelangnya menghilang.

NB: Untuk melihat karya peserta lain, silahkan menuju http://www.kompasiana.com/androgini

silahkan bergabung di http://www.facebook.com/groups/175201439229892/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun