Mohon tunggu...
imas hanifah
imas hanifah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih berstatus pelajar, ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Untukmu Ibu] Aku dan Jutaan Cerita Untukmu

22 Desember 2013   11:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

No. Peserta: 231

Untuk seseorang yang namanya akan selalu terukir di hati ayah...

Ibu, sebenarnya ada banyak hal yang ku rahasiakan padamu. Tentang sepatuku yang sudah bolong, tentang tasku yang sudah sedikit lusuh dan kusam. Tapi, beruntung itu masih sedikit. Akan ku rahasiakan semua itu sampai kakiku menginjak paku dan tasku sedikit robek  atau sampai ibu dan ayah sudah punya uang untuk membelikannya. Maafkan aku ibu, mungkin ibu tak ingin tahu tentang rahasia yang satu ini, sejujurnya nasi goreng buatan ayah lebih enak dibandingkan buatan ibu. Selama ini,aku selalu memuji masakan ibu. Memang benar, masakan ibu memang selalu yang paling enak, tapi untuk nasi goreng, itu lain lagi ceritanya. Ibu, saat aku menulis tulisan ini, aku berdo'a semoga ibu tidak membacanya. Kalau ibu sampai membacanya, ibu pasti akan mengutukku kan? Ah, tapi ibu kan bukan ibunya Malin Kundang, jadi tidak mungkin ibu melakukannya pada anakmu yang cantik jelita bak bidadari turun dari tangga ini. Iya kan?

Ibu, sebenarnya ada banyak kisah yang belum ku ceritakan padamu. Terlalu banyak, mungkin ibu akan bosan mendengarnya. Sama bosannya ketika aku mendengar omelan ibu setiap hari ketika aku malas membereskan rumah dan malah menonton acara televisi seharian. Tapi tahukah ibu? Aku selalu berdo'a agar omelan ibu selalu ku dengar setiap hari. Aku tidak bisa bu, tidak akan pernah bisa membayangkan hari-hari tanpa suaramu, tanpa omelanmu yang membuatku tahu setiap orang memiliki cara berbeda untuk menunjukkan kasih sayangnya. Kisah selanjutnya, datang dari fakor usiaku yang menginjak masa remaja. Ibu, aku ingin mengatakannya padamu, aku jatuh cinta. Meskipun ayah akan selalu menjadi laki-laki nomor satu yang paling tampan, dan ibu akan masih selalu menjadi perempuan paling cantik di hatiku. Tapi, bolehkah ada laki-laki kedua yang lebih tampan selain ayah? Mungkin belum boleh ya bu, lagipula belum ada laki-laki yang benar-benar menyukaiku, mereka hanya main-main. Ah dasar, bocah ingusan mereka itu.

Ibu, sebenarnya ada banyak penyesalan yang rasanya sulit untuk kulupakan. Tentang aku yang selalu mendapat nilai jelek di sekolah, aku yang selalu bermalas-malasan dan aku yang selalu protes dengan makanan yang kau sajikan. Tapi sungguh ibu, aku tak pernah mau seharipun tanpa makanan buatanmu. Maaf bu, betapa banyak orang diluar sana yang masih sangat bersyukur memiliki ibu, walaupun mereka tinggal di jalanan. Bodohnya aku yang tak pandai mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan melalui kasih sayangmu. Tapi sungguh ibu, tak pernah sekalipun ku lupakan setiap pelajaran yang kau berikan padaku. Jikalau aku sudah tua, aku mungkin akan lupa jadi jangan pernah lupa untuk selalu mengingatkanku ketika aku salah sampai aku tua nanti. Mungkinkah ibu? Kita bisa menua bersama-sama? jangan pernah membicarakan kematian, aku benci itu. Lebih baik ceritakan surga dan neraka, juga filosofi sebuah ungkapan bahwa surga ada di telapak kakimu. Betapa banyak orang yang sudah menjelaskan padaku tentang itu, tapi tak pernah ada yang benar-benar membuatku mengerti. Aku yakin, hanya ibu yang bisa menjelaskannya padaku.

"Ibu, apakah aku cantik"

"Ya"

"Ibu, apakah aku pintar?"

"Ya, anak ibu memang anak yang paling pintar"

Ibu ingat kan percakapan itu? Tentu saja ibu pasti ingat, karena aku selalu menanyakan hal yang sama setiap harinya dan ibu juga akan menjawab kata-kata yang sama. Iya kan? Sebenarnya, aku tahu itu mungkin bohong. Tapi aku suka. Tidak ada kebohongan yang paling ku sukai selain yang itu. Jadi jangan pernah berhenti untuk membuatku tersenyum dengan pujian yang sebenarnya tidak benar-benar memujiku. Tidak apa-apa bu, karena akan sangat menyakitkan jika ibu mengatakan yang sebaliknya.

Ibu, ibu tahu bagaimana ayah kan? Sebenarnya, ayah sangat sayang pada kita semua. Meskipun ketika ayah marah, ia hanya sedang ingin marah. Ibu harus tahu bahwa seseorang terkadang harus marah untuk mengeluarkan semua beban di hatinya. Hanya saja, setiap orang memiliki cara berbeda untuk marah. Jadi jangan pernah marah ketika ayah sedang marah karena itu selalu membuat kpalaku hampir pecah. Bukan hanya kepalaku, mungkin barang-barang di rumah pun akan pecah juga, dan setelah itu ibu akan membeli perabot yang baru. Nah, yang rugi siapa? yang pasti bukan aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun