Mohon tunggu...
Ima Pasaribu
Ima Pasaribu Mohon Tunggu... -

Yang selalu belajar dari kesalahan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Single itu  Rencana Tuhan Juga

26 Juni 2015   19:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:26 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Siapa sih yang tidak mau menikah, memiliki keluarga yang lengkap dan dipandang sebagai mahluk yang mendekati sempurna, karena hampir sudah melewati fase kehidupan. Apalagi kalau pasangannya romantis, selalu memberikan kejutan, tidak hanya menyayangi kita tapi juga meyanyangi keluarga kita trus punya anak-anak yang lucu dan pintar  dan kalau jalan bareng, semua mata memandang iri ke arah kita. Siapa yang gak mau? Saya mau banget, tapi  semua itu masih berada batas mimpi, karena saya masih single J.

Ngomongin status single emang gak ada habisnya, terakhir saya diledekin sama teman yang sudah menikah dan sudah punya dua orang anak. Ceritanya saya ngucapin selamat berbahagia kepada salah satu rekan kami di sosmed dan tanpa disangka-sangka teman saya yang udah punya anak ini menuliskan begini, “Hei non.. gak bosan apa ngucapin happy wedding mulu. Rajin-rajin lah liat KTPmu, jadi kamu sadar kalau umurmu udah tua, hahaa..”. Saya pun tertawa tergelak, ucapannya ada benarnya juga. Saya memang perlu melihat KTP sesering mungkin,

Menurut saya dan tentunya semua orang setuju, status single adalah fase yang memang harus dilewati dan harus dinikmati juga. Bukan sebuah beban. Ex classmate saya semasa SMP pernah nanya begini, “Kamu gak kesepian ya?”. Saya menggeleng sambil ngucap, “Kesepian sih gak, tapi gerah ditanyain kapan nikah sama kalian” tukas ku dan dia tertawa. “Maksud aku, diantara kita satu-satunya cewek yang belum menikah tinggal kamu lho, masa kamu gak kepikiran” lanjutnya. “Kepikiran apa ini?” tanyaku. Dia melihatku dengan mata yang sedikit membulat dan sedetik kemudian dia berujar “Kepikiran melajang seumur hidup kali” Hahaa… helooww.. aku juga pengen menikah, masalahnya Tuhan sedang membiarkan saya berlama-lama di fase ini karena sesuatu hal.

Yupss.. buat saya menjadi single itu juga bagian dari rencana Tuhan. Jadi karena saya merasa adalah bagian dari rencanaNya, maka saya perlu jeli dengan orang yang yang membutuhkan kehadiran saya. Walaupun, beberapa teman mengatakan bahwa alasan di atas hanya sebuah alasan agar status single yang sudah begitu lama melekat tidak begitu menyakitkan diri saya sendiri. Pikiran mereka memang benar-benar negative, sampai pikiran positif saya yang keren itu ditanggapi skeptis sama mereka. Berhubung saya satu-satunya cewek yang belum menikah diantara teman-teman saya, maka saya menjadi tempat mengadu mereka, jikalau beramtem dengan suami, mertua ato anak mereka yang katanya gak bisa diatur.

Yang lucu dari status single saya itu adalah saat saya begitu menikmatinya dengan menjadi pendengar yang baik buat mereka, menjadi tante yang baik buat anak-anak mereka dan kadang-kadang memberi solusi bagi rumah tangga mereka. Tapi justru mereka tuh yang paling buat saya gerah dengan pertanyaan dan pernyataan yang sepertinya dari zaman batu isinya gitu-gitu aja, “Kapan lagi, jangan terlalu milih-milih, kita gak sabar lihat kamu bahagia”. Kalau sudah begini, saya tiba-tiba benci dengan status single saya, jadi sebenarnya yang paling menyebalkan dari status single itu ya itu dia pertanyaan itu. Dan  kata-kata “gak sabar lihat kamu bahagia” benar-benar membuat saya gak habis pikir sama mereka, jelas sekali saya bahagia tanpa terbeban sampai lupa umur.

Balik lagi ke single adalah bagian dari rencana Tuhan. Jadi keyakinan saya kalau lamanya Tuhan membiarkan saya menyandang status single ini bukan kebetulan. Rencana itu sebenarnya sudah saya sebutkan diatas. Ke-single-an saya menjadikan saya pribadi yang selalu get ready buat orang-orang di sekitar saya. Gak bisa di pungkiri, kadang orang tua juga suka nelangsa berharap anak perempuannya dilirik sama pria. Tapi, begitu melihat saya bahagia, selalu bisa nolong keluarga yang membutuhkan saya untuk jagain rumah dan anak-anak mereka di saat waktu luang saya. Orangtua juga menjadi sama positifnya dengan saya.

Status single mengajarkan kan saya arti menunggu. Saya belajar dari teman saya yang tidak sabar menunggu pria pilihan Tuhan dan memutuskan menikah dengan pria yang baru dikenalnya, dan pernikahan itu hanya bertahan dua tahun dengan badai yang membuatnya tidak memiliki air mata untuk menangis lagi. Kasus teman saya itu mengajarkan saya arti dari bersabar dalam penantian dan saya menjadi orang yang selalu pendengar yang baik buat dia. Kalau seandainya saya sudah menikah, saya pasti gak bisa menjadi teman curhat dia. Karena saya pasti sudah sibuk sekali dengan suami dan anak-anak saya.

Memang tidak mudah, diperlukan telinga yang tebal dengan pertanyaan dan pernyataan yang “itu-itu aja”, diperlukan pikiran yang selalu positif saat beberapa orang menggunjingkan kita dengan sebutan “perawan tua”. Awalnya memang sangat susah, tapi ternyata mendekatkan diri pada sang Pencipta saat penantian ini membuat kita memiliki kekuatan di luar yang kita diduga. Saya sendiri suka heran sama respon positif saya ketika beberapa orang memandang kasihan dengan status yang masih saya sandang, sementara anak-anak mereka yang dulunya teman sepermainan saya sudah pada punya anak. Yang akhirmya respon positif saya mengubah cara pandang mereka dalam melihat dan menilai saya sebagai gadis lajang sampai usia yang kata mereka sudah cukup matang.

Alih-alih bersedih, karena beberapa omongan negative yang masih bergaung. Saya malah memutuskan menjadi guru pre-school. Dan hulalaa.. saya menemukan dunia dimana saya benar-benar lupa kalau saya belum menikah. Manjadi guru pre-school membuat saya seperti jadi ibu benaran, saya benar-benar kelepasan dan lupa diri. Kadang-kadang harus di ingatkan sama keluarga kalau saya perlu memikirkan diri sendiri. Dan kepercayaan diri, bertekun dalam doa dengan tetap memberi respon positif terhadap reaksi negative mengantar saya pada hubungan yang sebenarnya yaitu hubungan yang erat bersama sang Pencipta. Hubungan yang di dalamnya hanya ada cinta dan kasih. Tidak ada kepura-puraan dan hal-hal negative lain.

             Buat saya single bukan pilihan tapi rencana sang Pencipta, sebuah proses yang diciptakan untuk saya untuk saya pakai mempersiapkan diri menjadi wanita seutuhnya bagi suami dan anak saya kelak. Proses yang disediakan untuk saya menikmati hidup dengan cara yang berbeda dan proses dimana saya harus menemukan talenta saya untuk menolong orang di sekitar saya. Dan saya bahagia menjadi salah satu wanita single dan menjadi salah satu wanita dalam penantian.

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun